Friday, September 27, 2013

Shin Suikoden #1

Judul: Shin Suikoden
Penulis: Eiji Yoshikawa
Koordinator penerjemah: Mikihiro Moriyama
Penerjemah: Jonjon Johana
Penyunting: Tim Khansa
Penerbit: Kansha Books
Jumlah halaman: 488
Cetakan: Januari 2011
*Pinjem ke Mbak Lilis*



Kisah berawal dari malapetaka yang terjadi di benua kuning Cina (dulu disebut negara Dai Sou) kira-kira 900 tahun yang lalu. Di negara itu, beberapa tahun belakangan tanamannya tidak berbuah baik, penyakit pun mewabah, banyak orang kelaparan, mayat-mayat dibuang di jalan dan dibiarkan begitu saja, serta malapetaka lainnya. Untuk itu, Sang Kaisar memerintahkan jenderal besarnya yang bernama Kou Shin untuk  pergi ke Kuil Jou Sei di Provinsi Kou Sei. Di sana, Jenderal Kou diperintahkan untuk meminta Pendeta Besar Kyo Sei berdoa agar terhapus kesengsaraan rakyatnya. Sayangnya, pendeta besar sedang berada di puncak Gunung Ryu Kou. Setelah menyelesaikan misinya ke Gunung Ryu Kou, diadakan pesta besar-besaran di Kuil Jou Sei. Di mana ada pesta besar, di situ tentu ada arak. Jenderal Kou pun mabuk dan memaksa untuk membuka pintu terlarang tempat 108 bintang bersemayam. Karena sudah sangat mabuk, Jenderal Kou pun lepas kendali dan berhasil membukanya, lalu terbanglah 108 bintang ke seluruh penjuru.

Di sini, 108 bintang jahat yang terlepas dari kekangan turun ke dunia manusia, satu demi satu bintang-bintang itu menjelma menjadi manusia dan membentuk benteng Ryou Zan Paku, tempat berkumpulnya 108 jawara yang hampir menghancurkan Dinasti Sou. (h. 34)

Dalam buku ini diceritakan kehidupan beberapa orang yang (dalam tebakan saya) termasuk 108 jawara itu, bintang jahat bagi pemerintah--yang suka menyengsarakan rakyat.

Ou Shin: Dia adalah mantang seorang panglima dan seorang pelatih ketentaraan di istana. Karena ketidakhadirannya dalam sebuah inspeksi, Jenderal Kou Kyu berniat memenggalnya, meskipun waktu itu Pelatih Ou tidak hadir karena sakit. Ou Shin urung dipenggal hari itu, tapi dia yakin Jenderal Kou tak akan melepaskannya karena dendam masa lalu. Ou Shin pun kabur bersama ibunya menuju En An.

Shi Shin: pemuda dengan rajah sembilan naga di tubuhnya (yang ada di sampul muka buku ^_^), ahli tongkat yang meski mudah emosi, tapi sangat menghargai pertalian antarlelaki. Karena Ou Shin tinggal sementara di kediamannya, Ou Shin pun sempat menjadi guru ilmu tongkat bagi Shi Shin, anak sang penghulu desa, tapi tidak lama. Sepeninggal ayahnya Shi Shin, yang dijuluki si Naga Sembilan, bersifat destruktif terhadap dirinya sendiri. Karena suatu hal, Shi Shin justru berteman dengan kawanan perampok gunung. Karena telah melanggar aturan, Shi Shin kabur menuju En An untuk mencari keberadaan Ou Shin.

Tetapi beginilah sifat yang kubawa sejak lahir, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ketimbang pada harta kekayan yang ada, hatiku lebih condong pada rasa tanggung jawab dan keadilan terhadap ketiga perampok itu. (h. 103)

Ro Tatsu: seorang mantan polisi militer yang membunuh seorang saudagar kaya karena telah bertindak keterlaluan terhadap seorang wanita bernama Sui Ren dan ayahnya. Dia pun kabur dan akhirnya bertemu kembali dengan ayah-anak tersebut lalu dikenalkan kepada Juragan Chou. Juragan Chou mengusulkan kepada Ro Tatsu untuk menjadi seorang pendeta, sehingga nantinya dia akan berubah nama menjadi Ro Chi Shin, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pendeta Bunga karena ada rajah bunga di punggungnya.

Rin Chu: julukannya adalah Kepala Macan Kumbang, dia adalah mantan pelatih ketentaraan. Istrinya digoda putra angkat Jenderal Kou Kyu. Karena hasratnya tidak terpenuhi, Putra Kou pun terus meneror Pelatih Rin dan istrinya. Pelatih Rin pun dijebak masuk ke ruang rahasia istana, sehingga Putra Kou bisa menangkap, mempersalahkan, dan membalaskan dendamnya padanya. Rin Chu divonis menjalani hukuman pengasingan di penjara Sou Shu, Provinsi Ka Hoku.

Cendekiawan Go: sorang guru kuil di desa yang kecerdasannya begitu terkenal. Dia diajak berkomplot dengan penghulu Chou Gai (Raja Langit Pemikul Batu Monumen) dan Ryu Tou (Setan Rambut Merah) untuk mencuri hadiah yang akan dikirimkan ke Menteri Sai dari Ryou Chu Sho senilai 100.000 kan. Jumlah yang sangat banyak, padahal masyarakat tidak sedikit yang kelaparan. Mengingat betapa sengsaranya rakyat, Guru Go (Si Bintang Banyak Akal) tergerak untuk turut serta. Strategi pun disusun dan diputuskan untuk mengajak tiga bersaudara Gen. Juga datang seorang pendeta bernama Kou Son Shou (Si Naga Terbang) ke kediaman Chou Gai untuk turut serta, sehingga jumlah mereka menjadi tujuh orang.

"Beberapa waktu lalu saya bermimpi tujuh bintang dari utara jatuh ke atap saya dan saya pun terjaga. Sekarang, secara kebetulan di sini berkumpul tujuh orang. Mungkin ini pertanda dari mimpi bahwa segala apa yang kita rencanakan akan berhasil dengan baik." - Chou Gai (h. 362)

Dan masih banyak nama "bintang" yang bertebaran dalam buku ini. Yang kesemuanya nanti akan bersatu melawan pemerintah yang selama ini telah bertindak sewenang-wenang. Simak kelanjutannya dalam Shin Suikoden: Petualangan Baru Kisah Klasik Batas Air.

***

Ini adalah buku karya Eiji Yoshikawa yang pertama  saya baca. Mengingat sebelum-sebelumnya saya selalu menghindari buku-buku bergenre Asia yang memakai embel-embel "dinasti" dan segala pernak-perniknya, saya agak ragu mau baca buku ini. Takut menyesal karena gak bisa enjoy bacanya, terutama karena nama-nama tak familiar yang pastinya akan banyak muncul di sini. Dan, saya SALAH! Saya benar-benar menikmati membaca kisah klasik untuk masa depan ini.

Novel setebal ini cukup banyak "dihiasi" dialog antartokohnya. Bahkan jika dibandingkan dengan narasi orang ketiga, masih lebih banyak dialognya. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah memahami isi novel. Sayangnya, beberapa dialog agak membingungkan karena melibatkan banyak orang dan tidak ada keterangan siapa yang sedang berbicara. Selain itu, menurut saya, pikiran para tokoh sebaiknya diberi efek huruf miring, sehingga mudah dikenali sebagai monolog tokoh dalam hati. Sedangkan narasinya, dibawakan seolah penulis sedang bercerita kepada pembaca secara langsung, saya suka itu, komunikatif. Seperti tidak ada jarak antara pembaca dan penulis, seolah mereka sedang berada dalam satu ruangan maya. Hal ini dapat dirasakan tentu tidak lepas dari kualitas terjemahan yang baik.

Meskipun ada banyak, bahkan sangat banyak, tokoh diceritakan dalam buku ini, perpindahan cerita dibawakan dengan halus oleh penulis. Deskripsi setiap tokohnya pun jelas, saya dapat membayangkan bagaimana sosok mereka. Namun, ada satu nama yang bisa membuat bingung pembaca, yaitu nama Ro Chi Shin yang ternyata sama dengan nama seorang pendeta kepala, entah ketika ditulis dalam Hanyu Pinyin (tulisan Mandarin) sama juga atau tidak. Kalau tidak teliti tentu akan membingungkan. Kesemua pahlawannya dalam buku ini memiliki latar belakang sama untuk melarikan diri ke Ryou Zan Paku, yaitu mereka yang awalnya cukup bersahabat dengan pemerintahan, lalu melakukan kejahatan--di mata pemerintah--demi menyelamatkan orang lain, dikejar, dan kabur ke Ryou Zan Paku. Plot besarnya sama, dengan alur perjuangan yang berbeda, sangat patut untuk disimak sampai selesai.

Setting ceritanya juga dibuat dengan sangat baik. Mulai dari setting tempat sampai kondisi masyarakatnya. Pembaca dapat menemukan banyak sekali kegiatan minum arak yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya. Hal ini dikarenakan saat itu (entah saat ini), tradisinya setiap ada pesta atau sedang merayakan sesuatu, pastilah tersedia arak dan mereka pun minum-minum sampai mabuk, atau setidaknya beberapa tokohnya mabuk. Selain itu, sebagian besar "bintang" dalam cerita ini memiliki rajahan di tubuhnya, seolah simbol bagi para pendekar pada masa itu adalah rajahannya.

Dalam edisi terjemahan ini, masih banyak ditemukan kesalahan penggunaan EYD, beberapa kata seharusnya tidak perlu dikapitalkan, dan ada juga yang kurang satu kata (halaman 65). Namun, kesemuanya masih dapat ditoleransi dan tidak mengganggu keasyikan pembaca dalam menyimak kisah hidup para tokohnya.

Kisah ini tidak ada endingnya, jadi jangan meminta saya untuk memberi spoiler soal endingnya. Kisah di dalam buku ini belum berakhir dan memang berlanjut di buku kedua, ketiga, dan seterusnya. Akhir kata, jangan takut membaca karya penulis yang nama tokoh-tokohnya susah diingat, karena ketika penulisnya memberikan eksekusi yang bagus atas ceritanya, kegiatan membaca buku semacam itu pun akan tetap mengasyikkan.

My Rate: 

 

4 comments:

  1. saya sama kayak kamu tuh Nis, mau beli tapi ragu gara2 embel2 dinasti, klasik,asia. Eh selain game ada film silatnya juga. Katanya sih film silatnya bagus. Gamenya sih cuma terinspirasi saja sama kisah 108 pendekar dan perlawanan terhadap pihak penguasa tapi ceritanya gak mirip2 amat sama aslinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk yg ragu2, lebih baik meminjam. *prinsip* :P

      Delete
  2. Bebrrapa kali liat buku ini di toko buku, cuma masih ragu2 terus mau beli dan dibaca apa engga, eh liat review mba kasih bintang 4, baca aja deh ... asyik untungnya deket sekolah adik ku ada rental buku..^^ hemat budget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, amannya sih emang pinjem dulu..hihihi..biar klo ternyata kurang suka, gak nyesel udah beli mahal2. Harganya lumayan banget soalnya.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...