Penulis: Sally Nicholls
Alih bahasa: Tanti Lesmana
Desain dan ilustrasi sampul: Satya Utama Jadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 216
Cetakan kelima: Januari 2011
Harga: Rp 35.700
*Beli di bukabuku.com*
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia
akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja
untuk keabadian," begitulah menurut Pramoedya Ananta Toer. Agaknya pikiran seperti ini juga dimiliki oleh Sam, seorang anak yang berusia sebelas tahun, penderita Leukemia. Dia membuat sebuah buku harian yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal pikirannya dan belum terjawab; tentang aktivitasnya; gambar-gambar; impiannya; banyak hal.
"Buat apa menciptakan setan untuk membuat takut diri sendiri," kata Granny dengan sangat tegas. "Sudah cukup banyak hal yang membuat kita khawatir, tanpa perlu ditambah-tambah." (h. 58)
Karena novel ini formatnya adalah buku harian, tentu di dalamnya penulis menggunakan sudut pandang Sam sebagai Aku. Satu jurnal yang ditulis Sam tidak menghabiskan banyak halaman, sekitar satu atau dua halaman kebanyakan. Nah, di dalam jurnalnya ini tidak melulu isinya tentang Sam yang sedang bercerita. Seperti yang sudah saya sebutkan di paragraf sebelumnya, Sam juga menempelkan benda-benda yang menurutnya pantas untuk ditempelkan di dalam jurnalnya sebagai kenangan. Semacam scrap book.
Di dalam jurnal ini, Sam banyak menceritakan tentang orang-orang di sekitarnya: keluarganya, dan sahabat baiknya, Felix, yang sama-sama penderita kanker. Sam dan Felix dipertemukan dengan cara yang menurut saya "anak-anak sekali". Mereka seolah sedang bermain agen rahasia-agen rahasiaan. Yang saya sayangkan, impian mereka kadang tidak sesuai umur, seperti merokok dan minum alkohol. Engg, alasannya sih karena mereka merasa ajalnya sudah dekat, jadi ingin merasakan apa yang dilakukan para remaja tapi belum boleh mereka lakukan. Ish. Saya agak kesal dengan bagian yang satu ini, bagian yang Sam dan Felix melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan. Yaaa, sebenarnya sih Sam anaknya baik, Felix lah yang agak di luar kendali kelakukannya, nular-nularin Sam deh, huh. *lah? sewot sendiri* Meskipun begitu, idenya Felix itu banyak yang unik, contohnya membuat kuesioner tentang bagaimana kematian Sam.
Soal judul terjemahannya, menurut saya kurang mengena dengan isinya dan judul aslinya. Memang sih kita seolah membaca jurnal Sam setelah kematiannya, tapi menurut saya akan lebih mengena jika judul terjemahan disamakan dengan arti secara harfiahnya menjadi "Cara untuk Hidup Selamanya". :P *pembaca sotoy* Dan ya, maaf, sicklit ini masih belum bisa membuat saya menguraikan air mata, mungkin karena ada unsur perilaku menyebalkan di dalamnya. :P
Secara keseluruhan, saya cukup menikmati novel-jurnal ini, engg yaa, biasa-biasa saja. Tidak merasa ada yang terlalu istimewa, kecuali rasa ingin tahu Sam yang begitu besar dan tulisan-tulisan nonjurnalnya.
My Rate:
Kalo di sale Gramed harganya 15k lho mbak.. *komentar gak penting*
ReplyDeletebelinya udah lama dek, jaman belum ada sale2an..wkwkwk..
DeleteAduuh... ini buku bikin nyesek. Tapi nambah banyak pengetahuan juga. (kombinasi yang aneh kan? tapi begitulah hehehe) Kapan2 pengen baca ulang ;)
ReplyDelete^__^d
DeleteMungkin karna faktor budaya juga ya. Coba kalo Sam itu orang Jawa, mungkin nggak kepikiran buat minum2 hehe
ReplyDeletewkwkwk...kalo sam orang jawa, pasti nnti keinginannya jadi "membahagiakan org tua". XD
DeleteKayana sedih ceritanya... aku suka yang format2 jurnal gitu kaya buku harian jadinya ^^
ReplyDeleteaku juga suka formatnya, jadi lucu sendiri, kyk lagi ngintip buku diary orang..
DeleteBaca review-nya saja sudah sedih apalagi baca novelnya
ReplyDeleteHmm, menulis itu memang tidak akan mati karyanya meski seseorang itu sudah tiada.
Novel ini merupakan salah satu novel yang menginspirasi banyak orang tentang arti hidup.
Sungguh disayangkan saja dengan adanya cerita yang tidak mendidik seperti merokok dan minum alkohol. *merusak alur cerita saja
-rizka-
Karena ada itunya, kuturunin ratingnya, hehehe... ._.
DeleteNah Loh..aku malah mewek banget loh baca ini, iya sih bener idenya biasa aja, tapi pas baca itu tuh sedih banget :(
ReplyDeleteHahaha, emang selera juga sih, Kak Essy, aku termasuk yang feel-nya gampang berubah. Klo di sini gara2 Felix sih. Wkwkwk..
Deletewah padahal buku ini rekomendasi @fiksimetropop di twitter. jadi galau pengen beli atau enggak. soalnya aku juga bukan tipe yang suka sama sicklit sih. hehe
ReplyDeleteKalau mau beli, cari di obralan aja kak. Tuh di atas ada yg prnah nemu diobral 15ribuan.. =D
Delete