Judul: Delirium (Delirium #1)
Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo
Penyunting: Prisca Primasari
Proofreader: Emi Kusmiati dan Yunni Y. M.
Penerbit: Mizan
Jumlah halaman: 518
Cetakan 1: Desember 2011
Harga: Rp 15.000
*Beli di bazaar Mizan Perpusda Bantul (kalo gak salah, pokoknya lokasinya ada di sebelah Masjid Agung Bantul)*
Cinta, ada kalanya dia akan menyelamatkan, tapi ada kalanya dia juga membahayakan. Selalu ada yang berkorban demi cinta, dan ada yang diselamatkan karena cinta. Bahagia, tawa, sedih, tangis, semua ada juga karena cinta. Cinta. Cinta. Cinta.
Namun, di dunia dengan settingan masa depan ini, cinta dianggap sebagai sebuah penyakit yang mematikan. Oleh karena itu, prosedur pembebasan manusia dari cinta dilaksanakan dan dianggap sebagai sebuah kewajiban ketika menginjak usia 18 tahun. Sebelum itu, interaksi lawan jenis bagi mereka yang belum disembuhkan dianggap sebagai sebuah pelanggaran karena dikhawatirkan akan membuat pelakunya terjangkit penyakit cinta. Tanpa cinta, ternyata manusia hidupnya kaku. Mereka hidup, tapi seolah tidak memiliki emosi apapun dalam dirinya.
Adalah Magdalena Haloway, seorang remaja yang sudah memasuki usia wajib mengikuti prosedur penyembuhan. Saat mengantre, Lena berbaris di belakang Hana, sahabatnya yang kaya raya dan cantik. Sebelum masuk ke laboratorium, Hana mengatakan sesuatu yang aneh. Lena seperti tidak mengenali Hana yang itu. Sayangnya, prosedur yang dilakukan kali itu dinyatakan gagal dan harus diulangi karena ada "serangan" sapi tak terduga terjadi di laboratorium. Saat itulah Lena bertemu dengan seorang pria muda yang rambutnya berwarna keemasan seperti daun di musim gugur. Belakangan diketahui bahwa pemuda itu bernama Alex dan dari guratan di bawah telinganya, sepertinya dia sudah disembuhkan.
Mimpi adalah sesuatu yang tidak biasa bagi orang yang telah disembuhkan. Carol pernah bercerita bahwa kadang dia masih bermimpi, tapi jarang sekali. (h. 60)
Alex memberi Lena kode untuk bertemu di Teluk Back. Mulai saat itu, dia berbohong pada bibinya, alih-alih ke rumah Hana, Lena pergi menemui Alex di Teluk Back, tapi dia tidak ada di sana. Pertemuan kedua mereka adalah di acara pesta musik yang ilegal dan cukup banyak mengobrol. Berlanjut ke pertemuan berikutnya, Alex pun mengakui bahwa dia seorang invalid. Lena marah dan tidak bertemu dengannya lagi hingga pada suatu insiden penggerebekan pesta ilegal yang Lena datangi dengan tujuan memperingatkan orang-orang, khususnya Hana, dia diselamatkan oleh Alex dari keganasan para regulator. Berkat itu, hati Lena luluh. Terinfeksi penyakit mematikan plus mencintai seorang invalid yang menyamar, bagaimanakah kehidupan Lena dan Alex di dunia yang tidak memihak pada cinta? Baca kisah selengkapnya dalam Delirium.
Sungguh aneh melihat bagaimana kehidupan ini berjalan: kau menginginkan sesuatu dan menunggu, terus menunggu, sangat lama seolah hal itu takkan pernah tiba. Kemudian, hal itu terjadi dan berakhir, dan yang kau inginkan hanyalah menggulung waktu ke belakang, kembali ke peristiwa itu sebelum semuanya berubah. (h. 64)
***
Saya belum pernah membaca konsep cinta yang dianggap sebagai sebuah penyakit sebelumnya. Tapi untuk konsep cinta terlarang, tentu sudah banyak novel lain yang sejenis. Kenapa cinta dianggap sebagai suatu penyakit dalam novel ini? Katanya tanpa cinta, tidak ada perang, tidak ada kesedihan, dan alasan nonlogis lainnya. (Penjelasan bagian ini kurang detail soalnya) Mungkin karena mereka yang mencintai sesorang dan tak terbalas atau tidak direstui atau dipisahkan biasanya akan menderita; menangis berkepanjangan, meratap, meraung-raung, dan semacamnya hingga berefek pada kematian atau kegilaan (?) Yang jelas, menurut saya, alasannya pemerintah di sana terlalu dibuat-buat. Tak ayal ada banyak pemberontak; simpatisan dan invalid.
Oke, mari kita mulai saja reviewnya. Kali ini saya mulai dari ceritanya dulu ya. Hm, bagi saya, ada sedikit kejanggalan dalam novel ini. Sebuah detil yang agaknya sedikit terlupakan, yaitu soal kaki Lena yang digigit anjing regulator. Dalam novel ini tidak diceritakan bagaimana nasib kaki Lena lebih lanjut, hanya sampai pada Hana yang ingin mengambil alih penyembuhan kaki Lena karena sepupunya seorang perawat. Setelahnya tidak ada kabar lagi, bahkan aktivitas Lena diceritakan seolah kakinya baik-baik saja. Baru agak jauh setelah cerita tersebut, pembaca diberi tahu kalau kaki Lena sudah hampir sembuh.
Delirium diceritakan dari sudut pandang orang pertama, yaitu Lena. Alurnya bergerak lambat. Untuk menceritakan kisah sampainya Lena di suatu tempat, Lauren Oliver menyematkan banyak sekali detil, tentang situasi sekitar, tentang angin, tentang deru nafas Lena, degup jantungnya, dan apa-apa yang ada di pikirannya. Untuk pembaca yang lebih mencari kisah "pertempuran" para tokohnya, tentu akan cukup jengah dengan sangat banyaknya deskripsi ini. Namun, pembaca yang ingin menyelami kejadian yang dialami Lena dan tokoh lainnya tentu akan terbantu dengan detil yang diceritakan penulis. Pertarungan batin antara Lena dengan dirinya sendiri pun jadi sangat terasa. Sayangnya, deskripsi Oliver tentang seseorang kerap berulang, terutama saat menceritakan tentang Alex dan Hana.
Berikutnya, terdapat ketidakkonsistenan penyebutan tokohnya. Lena sempat menyebut bibinya, Carol, dengan sebutan "Bibi Carol", tapi tidak jarang juga hanya menyebutkan nama, tanpa embel-embel "bibi".
Saya sangat mengapresiasi penerjemah novel ini, terutama di bagian menerjemahkan nama kitab panduan agar terhindar dari penyakit amor deliria nervosa yang disingkat menjadi kitab Pssst. :)) Tentu butuh kreativitas untuk menerjemahkan kata-kata itu.
Untuk sampul muka, saya lebih suka versi aslinya, meskipun gambar muka orang. Terus ya, endorse yang membandingkan Delirium dengan Twilight itu kayaknya kok...engg....ya gitu deh. Saya sih prefer karya A tidak di-endorse-dan-ditampilkan-di-novel-tersebut dengan disamakan/dibandingkan dengan karya B ya. Soal typo, masih ada sedikit, tapi tidak saya catat seberapa banyak karena jumlahnya masih bisa ditoleransi.
Bagi penggemar dystopia dan penasaran dengan kisah pelarangan keberadaan "cinta" itu sendiri, mungkin bisa membaca novel ini.
Tahap Satu: kegirangan, susah konsentrasi, mulut kering, keringat, telapak tangan yang berkeringat, pusing, dan tidak fokus.
Apakah kalian mengalaminya? Hati-hati, barangkali kalian telah terserang amor deliria nervosa.
My Rate:
mungkin daripada cinta lebih tepatnya emosi kali yah? emosi kan yang bikin ribut, perang, berantem, posesif. Heheheh
ReplyDeleteIni sih, IMO, pemerintahnya yang salah mendefinisikan tentang cinta itu sendiri, wkwkwk..
DeleteNgiler pengin lihat harga bukunya yang wow, padahal baru pengin baca buku ini :(
ReplyDeleteBy The Way, nice review kak :)
Pas nemu juga aku kaget, padahal ini kan buku yang nggak lawas-lawas banget. Tanpa pikir-pikir lagi langsung comot deh. =D
Deleteah, ratingnya sama kayak saya :D
ReplyDeletecuma saya lebih suka kover yg ini ketimbang kover aslinya :D
Hahai...beda selera kover ya.. :))
DeleteHampir mirip buku Matched dong? Emang sih di Matched, cinta itu nggak terlarang, tapi mereka semua dijodohkan dan dapet anak dari laboratorium. Sekalinya bener2 suka malah dianggap pemberontak. Sayang banget buku ini susah didapet. Kemarin aku ke bazar mizan tapi nggak kelihatan.
ReplyDeleteMatched-nya Ally Condie ya? Aku belum baca.. >_<
DeleteYaaa, yang juga aku pertanyakan di novel ini sih, how come mereka bisa punya anak? Lah, punya rasa cinta juga nggak.. :|
Matched berarti punya penjelasan yang lebih jelas ya, dapet anak dari lab. Di Delirium nggak diceritain soal ini sih. -_-
Bazar mizan dimana ratri? Kalo di IBF, adanya malah buku keduanya, tapi cuma didiskon 30%..
Ah, buku ini udah lama tertimbun dan aku belum ada niat sama sekali untuk membacanya. *nyengir*
ReplyDelete*pukpuk bukunya*
DeleteLho, cover asli delirium itu bukannya cuma tulisan doang ya mbak? Warna biru muda.. Nah yg pandemonium sm requiem itu baru yg gambar muka perempuan.. Setauku sih..
ReplyDeleteBtw hari ini ultah ya?
HBD ya, barakallah, mbak..
Gambar muka juga. Klo delirium yg diliatin stengah muka bagian kiri, klo pandemonium setengah muka bagian kanan..
DeleteHehe, wa fiiki barakallah..
Dapat buku ini juga 15.000 waktu pameran buku di semarang
ReplyDeletetapi sampai sekarang masih segelan, belum kesentuh
sayang yang seri keduanya ga ikut diskon besar :p
Yang seri keduanya walaupun didiskon 30% di IBF, masih aja kerasa mahal. :(
Delete