Thursday, March 26, 2015

Cinta Sehangat Pagi by Aimee Karenina

Judul: Cinta Sehangat Pagi
Penulis: Aimee Karenina
Editor: Donna Widjajanto
Desain sampul: Suprianto
Tata letak isi: Shinzy & Fajarianto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 216
Tahun terbit: 2014
ISBN: 978-602-03-0924-8





Malam itu lagi-lagi Nino mengajak Selma menikah. Dan lagi-lagi dengan cara yang beneran-lo-ngajak-gue-nikah-dengan-cara-dan-situasi-kayak-gini. Nino Fahim Santos dan Selma Zafir memang baru (eh! sudah, menurut Nino) delapan bulan berpacaran. Sudah delapan kali pula Nino melamar Selma. Satu lamaran tiap bulan.

"Kalau nggak main-main, namanya apa? Kamu pernah mengajakku menikah saat kita terjebak macet, nonton film horor, dan sekarang di restoran mi? Mungkin selanjutnya kamu akan mengajakku menikah saat kita mengantre di kasir!" (hal. 11)

Nino dan Selma berkenalan dan akhirnya dekat karena ikan Paus. Nino saat itu sedang menjadi pembicara karena pengalamannya mengikuti kampanye pelestarian ikan Paus yang dinamai Viking Wars. Sedangkan Selma yang baru-baru ini mengikuti kegiatan konservasi ikan Paus, begitu "nyambung" berinteraksi dengan Nino soal pengalamannya itu.


Singkat cerita, Nino sangat serius dengan hubungan mereka, tapi Selma belum berpikir untuk melangkah ke jenjang berikutnya. Lalu konflik dimulai dengan datangnya orang ketiga dan keempat dalam hubungan Nino-Selma. Orang ketiga begitu mengagumi Selma, sedangkan orang keempat terobsesi dengan Nino. Apakah Nino dan Selma memang ditakdirkan bersama? Atau Selma tidak cukup baik untuk Nino yang begitu alim? Baca kisah seru Nino-Selma dengan bumbu thriller-nya dalam novel Cinta Sehangat Pagi.

"Aku memang bukan cermin perempuan yang taat beragama. Aku masih mengabaikan perintah untuk menutup aurat. Tapi, apakah itu berarti kamu lebih baik dibanding aku? Aku jadi sungguh-sungguh ingin tahu, apakah jika seseorang berhijab lantas boleh seenaknya melontarkan perkataan yang bisa menyakiti hati orang lain? Apakah hijab itu lantas menjadikanmu kebal dari segala dosa?" (hal. 52)

Kutipannya jleb jleb ya? Sebuah introspeksi bagi saya, dan semoga pembaca lainnya juga begitu.

Kesan pertama saat melihat covernya, manis. Tipikal novel yang akan menceritakan kisah romantis dua karakter utamanya. Namun, ternyata bukan kisah romantis yang dominan disajikan penulis. Bahkan ada sentuhan thriller-nya. Pun ada sentilan dari sisi religi-nya. Salah satu yang saya tangkap dari novel ini adalah pesan untuk saling percaya pada pasangan masing-masing.

Saya suka cara penulis bercerita, mengalir dan cukup asik. Kedua karakternya dibuat sangat manusiawi, tidak sempurna. Nino yang dicap alim, tapi tidak bisa menahan untuk tidak menjadikan Selma istrinya kelak dan akhirnya memilih untuk memacarinya dengan syarat tidak ada kontak fisik. Saat nonton atau jalan-jalan pun sering mengajak adik Selma, Dijah agar mereka tidak berduaan. Sedangkan tokoh kedua, Selma. Dia dikisahkan sebagai perempuan yang gaul, rambut dicat, penampilan modis, tapi mau menerima syarat gaya pacaran yang Nino ajukan.

Yang lebih saya sukai adalah perkembangan karakter Selma. Meskipun ada titik dimana saya gemas dengan sikap Selma saat sedang menghadapi konflik. Namun, karena semua masih dalam batas kemanusiaan yang wajar, di mana manusia itu memang tempatnya salah #halah. Jadi, tidak masalah buat saya.

Secara keseluruhan saya suka dengan cerita novel ini. Suka dengan penciptaan karakter-karakternya yang sangat mendukung cerita. Suka juga dengan ide mengangkat tema konservasi ikan Paus. Tiga bunga untuk Aimee Karenina.


My Rate:

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...