Wednesday, May 15, 2013

Anne of Rainbow Valley

Judul: Anne of Rainbow Valley (seri #7 dari Anne of Green Gables)
Penulis: Lucy M. Montgomery
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penyunting: Esti B. Habsari
Penerbit: Qanita
Jumlah halaman: 428
Cetakan I, 2011
*beli di bukukita.com*

Dr. dan Mrs. Blythe--panggilan Anne Shirley sekarang baru saja pulang ke desa Glen St. Mary setelah tiga bulan bepergian ke Eropa. Anne memiliki enam orang anak, yaitu Shirley, Rilla, Jem (yang lahir di House of Dream), Walter, dan si kembar Nan dan Di. Tempat favorit mereka adalah Lembah Pelangi. Ketika mereka sedang memasak ikan trout di lembah pelangi, bau itu tidak sengaja tercium oleh anak-anak pendeta. Anak-anak pendeta yang terdiri dari Faith, Jerry, Carl, dan Una langsung mencari tahu dari mana asal aroma sedap itu dan mereka menemukan anak-anak Mrs. Blythe di Lembah Pelangi.

Anak-anak pendeta bernasib jauh berbeda dengan anak-anak Blythe, mereka terlihat kurang mendapat perhatian dari sang ayah, Mr. Meredith. Baju yang mereka kenakan kumal, mereka sering berkeliaran, bahkan orang-orang menyebut mereka sebagai anak yang nakal. Ini semata-mata karena kurangnya perhatian dari Mr. Meredith atas anak-anaknya. Di rumah, mereka tinggal bersama Mr. Meredith, dan Bibi Martha sebagai kokinya. Tapi masakan Bibi Martha sangat tidak layak makan. Um, ya, itu menurut Mary Vance, gadis yang mereka temukan di lumbung tua dalam keadaan kelaparan dan sangat kacau. Namun, tidak ada yang dapat dilakukan tentang rasa masakan Bibi Martha.

Mary Vance tidak luput dari kebiasaan labelisasi penduduk Glen, karena berbicara kasar, bertempramen buruk, dan pernah mengusili Rilla Blythe. Ketika didapati bahwa Mrs. Wiley meninggal, penduduk Glen berpendapat bahwa Mary Vance harus dikembalikan ke panti asuhan karena tidak ada yang bisa menampungnya di desa Glen. Namun, Mary tidak menyukai rencana itu, dia tidak ingin berpisah dengan anak-anak pendeta maupun anak-anak Blythe. Akhirnya, Una meminta kepada Miss Cornelia untuk mau menerima Mary Vance di rumahnya.

Setelah itu banyak terjadi kesalahpahaman antara anak-anak pendeta dengan penduduk desa Glen. Karena 'rajin'nya penduduk Glen bergosip, tentu kesalahpahaman ini terus meluas sehingga semua orang melabeli anak-anak pendeta sebagai anak-anak nakal karena kurangnya perhatian dari ayahnya. Namun, Anne (Mrs. Blythe) tidak pernah berpendapat demikian. Dia selalu menanggapi 'kenakalan-kenakalan' anak-anak pendeta dengan positif.

Memikirkan apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan rasanya tidak pernah cukup aman. Saat kita membayangkan telah menyelesaikan cerita kita, takdir telah bersiasat, membalik halaman buku kita dan menunjukkan bab lain kepada kita. (hal. 175)

Apa saja yang terjadi di desa Glen St. Mary? Bagaimanakah hubungan persahabatan antara anak-anak pendeta, anak-anak Blythe, dan Mary Vance?

Di seri terakhir ini tidak banyak diceritakan tentang kehidupan Anne Shirley (Mrs. Blythe), tetapi lebih ke cerita kehidupan anak-anak rumah pendeta dan pendetanya sendiri, Mr. Meredith, mulai dari permasalahannya sampai ke cara mereka mencari solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut.

POV yang digunakan adalah orang ketiga. Pembaca diajak memahami karakter tokoh-tokohnya dengan bantuan deskripsi langsung oleh penulis cerita. Alurnya berjalan sedang, tidak terlalu cepat maupun lambat. Kesalahan tanda baca maupun pengetikan masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit, sehingga sama sekali tidak membuat saya terganggu untuk menikmati ceritanya. Konfliknya cukup banyak di dalam novel ini tapi tidak terlalu besar. Malah terkadang konfliknya diselesaikan dengan cara yang memunculkan konflik lagi. Emosi pembaca dibuat naik turun oleh kisah-kisah di dalamnya. 

Dari sini saya mendapat gambaran tentang banyaknya saudara kandung yang kita miliki itu ternyata cukup menantang. Dalam kasus anak-anak pendeta ini ada empat karakter berbeda yang harus dihadapi. Tidak jarang mereka berselisih pendapat. Ada yang begitu sensitif, sehingga tidak jarang dia menangis karena ketidaktegaannya atas sesuatu atau karena kesedihannya. Overall, saya sangat menikmati kisah di dalam novel ini. Penulis sangat piawai dalam menciptakan karakter-karakter tokohnya, sehingga saya benar-benar bisa membedakan siapa yang berkata begini dan begitu, siapa yang melakukan ini dan itu.. :D 

My Rate:
 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...