Penulis: Aditia Yudis
Editor: Yulliya
Proofreader: Windy Ariestanty
Penerbit: GagasMedia
Jumlah halaman: 368
Cetakan pertama: 2012
Harga: -
*Ikutan @EstafetBuku*
"Setiap hari, Samudra selalu menyempatkan diri untuk berkabar kepada Mayra--semua itu sudah menjadi bagian dari rutinitas Samudra. Meskipun sebenarnya, kehadiran nyata Mayra di sisinya selalu Samudra harapkan. Mencintai dalam jarak sama halnya memeluk bayangan--tak terlihat, tetapi nyata." (h. 12)
Samudra dan Mayra sudah tujuh tahun berhubungan dan saat ini mereka telah bertunangan. Waktu pernikahan mereka tersisa enam bulan lagi. Seharusnya tidak selama itu, Mayra yang meminta kepada Samudra untuk menunda pernikahan mereka enam bulan lamanya. Samudra bekerja dan telah memiliki rumah--rumah masa depannya dengan Mayra--di Balikpapan. Namun, Mayra masih belum mau tinggal di Balikpapan dan melepaskan kariernya sebagai seorang editor. Alhasil, sampai saat ini keduanya berhubungan jarak jauh Jakarta-Balikpapan, meskipun Samudra kerap datang ke Jakarta. Keduanya berkeras, karier keduanya sedang bagus di bidang masing-masing, sehingga tidak ada yang mau mengalah harus tinggal di salah satu kota mereka. Samudra yang seorang direktur perusahaan, dan Mayra yang seorang editor, ditambah lagi sebentar lagi novel Mayra akan difilmkan. Jika membicarakan soal hal ini, tidak jarang pembicaraan mereka berakhir pada pertengkaran kecil.
"Bosan dan lelah rasanya terus-terusan membujuk Mayra. Cinta boleh tak terlintasi, tetapi kesabaran ada batasnya." (h. 52)
Suatu ketika Samudra harus kembali lagi ke Balikpapan untuk menghadiri pernikahan temannya. Semua sudah dipersiapkan kalau-kalau Mayra bersedia ke Balikpapan, tapi Mayra ternyata sudah ada janji dengan produser yang akan memfilmkan novelnya. Samudra pun sendiri menuju Balikpapan. Tak disangka, di pesawat, dia bertemu Camelia, cinta lamanya. Obsesinya yang hingga kini belum terwujud, tiba-tiba menghampirinya, menawarkan diri untuk diraih. Tapi kini Camelia sudah bersuami, Samudra pun sudah bertunangan dengan Mayra dan mereka tahu itu.
"Aku mencari kamu."
Samudera terenyak dan mengangkat wajahnya perlahan. Dia mulai berpikir jika ini adalah mimpi.
Keduanya saling memandang.
"Aku tidak bisa melupakan kamu." - Camelia (h. 95)
Mayra sendiri punya janji untuk bertemu orang-orang yang akan terlibat dalam pembuatan film adaptasi novelnya, yaitu dengan produser dan directornya. Dan yang menjadi director adalah Adam, yang tak lain adalah cinta lama Mayra, langitnya Mayra. Langit yang tidak akan pernah mampu ia sentuh. Begitu tinggi. Dari awal dia tahu bahwa filmnya akan digarap bersama Adam. Inilah yang membuatnya semakin bersemangat--tentu tanpa diketahui Samudra. Mungkinkah cinta lama bersemi kembali ala Samudra-Camelia-Mayra-Adam akan berjalan dengan sukses?
"Langit yang cuma semu, yang bahkan kalau lo terbang melintasinya pun, lo nggak pernah menemukan di mana langit itu berada. Cuma dari permukaan bumi lo bisa liat langit. Seperti tanah yang setiap hari bersamanya, tapi tak pernah bisa menyentuhnya." - Mayra (h.77)
***
Ini novel yang berkisah tentang cinta lama yang bersemi kembali. Cinta yang tak pernah terungkap di masa lalu, seperti bom, begitu pemicunya muncul, meledaklah sang cinta. *Iki opo?* Orang-orang di masa lalu mereka yang dulu tidak ditakdirkan menjalin hubungan dengan mereka, meskipun katanya ada rasa untuk kedua tokoh utama, kini datang lagi, menawarkan cintanya, menawarkan apa yang tidak dapat pasangan mereka penuhi.
Gemes. Gemes. Gemes sama semua tokohnya. Tidak ada yang saya favoritkan karena mereka semua tidak ada yang bisa menahan diri. Kalau saja tokohnya mau bersabar, mau menguatkan diri. But, I can do nothing to change the story, hahhaha. Ini hak prerogatif penulis sih mau membuat cerita yang seperti apa. Baca ini kok ya sisi posesif saya jadi muncul, "Mas, mas gak punya cinta lama kan? Cuma aku kan? Kan? Kan?" Yah, semoga kejadian seperti ini tidak terjadi pada kehidupan saya. Aamiin. *Ini apa? Review kok bawa-bawa masalah pribadi???* Btw, apakah ini berarti penulis berhasil memainkan emosi saya? *Zoom in-Zoom out-Zoom in-Zoom out*
Diceritakan bergantian antara kisahnya Samudra dan Mayra per babnya, novel ini berisi banyak kata-kata puitis. Banyak juga typo dan ketidakkonsistenan penggunaan pilihan kata. Banyak banget malah, annoying. Penanda typo saya sampai habis dibuatnya. Selain kata-kata puitisnya, saya tidak menemukan hal istimewa lain. Alurnya dominan maju, dan sesekali mundur, menceritakan sedikit masa lalu Samudra dan Mayra. Yah, dari membaca novel ini, harapan saya karya penulis selanjutnya bisa lebih baik lagi.
My Rate:
Aww, kayaknya buku ini cocok banget dijadiin sinetron hehe. Apalagi cinta segi empat dan kata-kata puitisnya. :P Sama nih, sebel banget tiap lihat typo. Proofreadernya kemana niiih. -_-
ReplyDeleteLove your review! Semoga bacaan selanjutnya lebih menyenangkan ya :)
Iyap, terus yaaa, ada adegan yang annoying banget, si Mayra tuh demen banget gigit bibir bawahnya..apa coba maksudnya..ntah penulis maunya si Mayra itu dikesankan kyk gimana.. :)) *no offense
DeleteThanks anyway 4 ur visit. =D
Sepertinya novel yang bagus. Jadi penasaran >.<
ReplyDeleteKemaren cuma numpang lewat diwishlist :( hikss
Boleh bocoran nggak mbak, siapa sama siapa >.< *gregett banget soalnya* /spoiler parah/
Nice review (y)
Yaaa..mereka kembali pada cintanya masing-masing.. IYKWIM. =D
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletewahh..CLBK topiknya..nampaknya menarik, sayangnya typo yang bertebaran cukup mengganggu..tapi boleh lah dicoba..hehe..
ReplyDeleteIyaa, bener2 bertebaran. 1 halaman bisa nemu beberapa typo lhoo..
DeleteCovernya seger euy.... banyak typo tp ya mba :-[ uda liat di spoiler di atas... males baca ah... liat review mba aja uda cukup x)
ReplyDeleteKlo mau baca, cari pinjeman aja. XD
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete