Penulis: Isaac Marion
Penerjemah: Meda Satrio
Pemeriksa aksara: Uly Amalia
Jumlah halaman: 376
Penerbit: Ufuk Fiction
Cetakan ke-2 Januari 2013
Harga: Rp. 49.900
*Beli di Gramedia Golden Trully*
"... ironisnya menjadi zombi adalah segalanya lucu, tapi kau tidak bisa tersenyum karena bibirmu sudah busuk." - (halaman 13)
R sudah mati, dia adalah seorang zombi. Meskipun dia tidak menikmati kegiatan makannya, tapi dia butuh makan, dan dia menyukai sensasi "rasa" otak. Dia menyukai sensasinya memiliki ingatan, meskipun itu bukan ingatan miliknya. M juga zombi, memiliki hubungan yang cukup dekat dengan R. Dia menikmati kehadiran wanita, tapi juga meremehkan kehadiran mereka. M berpakaian jins sobek-sobek dan kaos putih polos. Dia bersosok tinggi besar, berjanggut, tapi botak.
R sedang sangat lapar dan mengajak M serta beberapa zombi lain yang kelaparan pergi ke kota. Dalam perburuan ini, R berhasil memakan otak seorang pemuda, namanya Perry Kelvin. Seketika berkelebat dalam imajinya memori-memori milik Perry. Melalui penglihatan ini dia mengenali Julie, kekasih Perry, yang sedang meringkuk di sudut dan terisak. Saat itu juga ada sesuatu yang mendesaknya untuk tidak memakan Julie, justru R bertekad untuk menjaga Julie tetap aman di dekatnya. Oleh karena itu, di sana R melumuri Julie dengan darah Kaum Mati untuk menyembunyikan aroma kehidupannya dan membawanya ke pesawat, tempatnya menyendiri.
"Kita harus mengingat segalanya. Kalau tidak, saat kita dewasa, semua itu akan hilang selamanya." (Julie - halaman 51)
Setelah beberapa lama Julie tinggal di lingkungan Kaum Mati, dia ingin pulang. R pun bersedia mengantar Julie pulang. Di tengah jalan, para Tulang menghambat mereka. R mencoba menjelaskan, tetapi sepertinya sia-sia. Dia -dengan menarik Julie- memutuskan untuk menerobos barisan para Tulang, dibantu oleh M. R mengemudikan Mercey -Julie yang menamakan mobil itu- menuju kota. Hujan pun turun, mereka memutuskan untuk bermalam di sebuah rumah. Keesokan harinya Julie bersiasat dan meninggalkan R di rumah itu.
M ternyata diusir oleh para Tulang dari lingkungan Kaum Mati. Dan dia bersama beberapa orang lainnya. R bertemu mereka dan menyatakan bahwa dia ingin menyusul Julie. M dan zombi lain bersedia membantu R masuk ke stadion. Rencananya adalah R berpura-pura menjadi Kaum Hidup yang sedang dikejar-kejar sekawanan zombi dan masuk ke stadion untuk meminta perlindungan. Strategi ini berhasil. R menemui Julie di rumahnya.
Karena insiden pembunuhan seorang penjaga oleh R, Kaum Hidup di stadion segera mencurigai adanya seorang zombi yang berhasil masuk stadion. Mereka pun memburu R. Julie membantu R keluar dari stadion. Sebelumnya, R merasakan seolah dia sedang berproses menuju suatu perubahan. Entah mengapa dia merasakan tanda-tanda Kaum Hidup dalam dirinya, misalnya mengalami mimpi -sesuatu yang sama sekali tidak dimiliki Kaum Mati. Lalu R memutuskan sesuatu, bahwa dia ingin bernapas lagi, ingin hidup. Julie pun bersedia membantunya. Berhasilkah misi mereka? Baca kelanjutannya dalam Warm Bodies, sebuah kisah roman antara yang hidup dan yang telah mati.
"Semua yang kau lihat, kau mungkin sedang melihatnya untuk kali terakhir." (Julie - halaman 139)
***
Banyak yang bilang kalau novel ini mengekor karya Stephanie Meyer, Twilight Saga. Saya mengakui itu, plot besarnya memang sama, kisah cinta antara manusia dan bukan manusia. Namun, tetap saja, tiap novel menceritakan ceritanya dengan kekhasannya masing-masing, even plot utamanya sama, tapi dalam detilnya pasti berbeda.
Warm Bodies dikisahkan oleh Isaac Marion dengan sudut pandang R dan Perry Kelvin. Narasinya cukup menghibur, ada joke-joke ringan di dalamnya. Dan banyak yang quoteable. Di bagian awal dijelaskan dengan begitu detil tentang diri R, sehingga pembaca dapat benar-benar mengenal sosok R, si zombi yang kehilangan jati dari, tanpa ekspresi, dan juga kehilangan kemampuan membacanya. :D
Penulis menggunakan alur maju dan mundur. Dari awal, penulis menggunakan POV R untuk menceritakan alur maju, dan POV Perry Kelvin untuk flashback ke masa lalu Perry. Tapi di bagian agak-agak belakang, jiwa Perry suka berdialog dengan R, membuat saya cukup bingung pada awalnya. Tapi setelah terbiasa dengan sistem penceritaannya, saya dapat memahami dialog antara mereka berdua.
Dalam novelnya ini, penulis berhasil memberikan peran kepada setiap tokohnya secara proporsional. Tidak ada tokoh yang terlalu mendominasi isi cerita, meskipun lebih banyak diceritakan tentang R, Julie, dan cukup banyak Perry, itupun masih dalam batas wajar karena merekalah tokoh sentral dalam novel ini.
Hal yang cukup mengganggu adalah banyaknya komentar yang dicantumkan dalam halaman-halaman awal novel ini, yang menghabiskan lima halaman hanya berisi komentar untuk novel ini. Mencantumkan komentar dari penulis lain maupun majalah sebenarnya sah-sah saja, tapi tidak perlu terlalu banyak saya rasa. Selain itu, ada sedikit salah ketik di dalamnya. Berikutnya, ada beberapa kata yang terjemahannya kurang pas atau bahkan tidak perlu diterjemahkan, misalnya "para Tulang". Lebih cocok kalau di terjemahannya tetap disebut "Bonies".
"Menulis bukan hanya huruf-huruf di atas kertas. Menulis adalah komunikasi. Menulis adalah ingatan." (Kolonel Rosso - halaman 222)
My Rate:
udah liat filmnya tapi belum baca novelnya huhu..
ReplyDeletekak kalo beli buku yg murah biasanya dimana ya? kayak buku second dll gitu.. :o
aku malah belum nonton. hehe
Deletewah, buku ini sebenernya kujual lho, 25k klo gk salah. klo nyari second aku biasanya di vixxio atau di toko buku stroberi (bukunya-scb.blogspot.com) atau di sesama member BBI. Untuk yang di toko buku stroberi, biasanya aku hitung2 lagi sih, klo potongan sekitar 40% kuambil, hehe. Bukunya masih ciamik2 kok kondisinya..
baru liat filmnya. ngakak abiss! yaah, walaupun emang rada kembaran sama twilight (pemeran cewe utamanya sama home productionnya)
ReplyDeleteaduh, ini knp pada udah nonton filmnyaa.. >_<
DeleteUdah pernah lihat filmnya, tapi belum pernah baca novelnya, jadi enggak bisa mbandingin..
ReplyDeleteBy the way, nice review kak :)
makasih ila~
Deletesemoga beruntung ya