Monday, October 13, 2014

I Am Number Four by Pittacuse Lore

Judul: I Am Number Four
Penulis: Pittacus Lore
Penerjemah: Nur Aini
Penyunting: Esti A. Budihabsari
Proofreader: Ocllivia Dwiyanti P.
Penerbit: Mizan Fantasi
Jumlah halaman: 500
Cetakan I: Januari 2011











Pertama kali tahu soal I Am Number Four ini dari junior di kampus yang waktu itu punya filmnya. Setelah dibilangin kalau ada bukunya, sejak saat itu saya merasa penasaran, seperti apa gaya cerita penulis. Baru deh tahun kemarin (kalau tidak salah ingat) saya berhasil punya novel ini dari clearance sale-nya Teh Nisa yang digelar di twitter & tokobagus.

Four adalah seorang alien dari Planet Lorien. Planet Lorien isinya tidak jauh berbeda dengan bumi. Si manusia planetnya pun mirip banget sama manusia bumi. Four adalah anak keempat yang meninggalkan planet. Anak keempat dari sembilan anak yang diselamatkan bersama para cepannya. Merekalah para Garde. Dia datang ke bumi dalam rangka melanjutkan hidupnya dan "ngumpet" sementara dari para Mogadorian yang sudah menghancurkan planetnya dan membunuh para pejuang planet. Four hidup nomaden bersama seorang cepan dan berganti-ganti nama serta identitas lain.


Kini Four tinggal di Ohio dengan nama John Smith dan cepan-nya menyamar menjadi Ayah John. Di Ohio, John hidup seperti anak muda normal lainnya, bersekolah, punya teman, termasuk menyukai seorang gadis di sekolah, namanya Sarah Hart. Sesuatu terjadi pada hari pertamanya sekolah, salah satu pusaka John tiba-tiba muncul. Namun, karena sikonnya kurang tepat, Henri -sang cepan- segera menjemputnya dan beralasan bahwa John kurang sehat.

Kedekatan John dengan Sarah mulai menyulitkan Henri untuk mengajak John segera pindah ke kota lain, padahal saat itu para Mogadorian sudah mulai mendekat. Di sisi lain, sebenarnya pusaka John semakin berkembang dan muncul satu per satu, tapi menurut Henri tetap saja jika saat itu mereka harus melawan Mogadorian, mereka akan kalah. Mampukah si Nomor Empat dan cepannya bertahan hidup? Simak kelanjutan kisahnya dalam I Am Number Four.

"Jangan pernah berputus asa," kata Henri "Saat kau kehilangan harapan, segalanya pun musnah. Saat kau pikir semua telah berakhir, ketika segala sesuatu tampak buruk dan sia-sia, harapan itu selalu ada."

Novel ini ditulis dari sudut pandang Four sebagai tokoh utama. Narasinya termasuk panjang-panjang, meskipun tidak sepanjang novel klasik. Ukuran huruf yang cukup besar membantu saya melalui narasi yang panjang-panjang ini dengan sukses. Jadi tidak terlalu berasa panjangnya. Soal covernya, entah kenapa Four kelihatan lebih ganteng versi aslinya daripada di cover. Tapi, saya cukup suka covernya yang mengkilap. Kualitas kertasnya juga bagus, tidak kasar dan cukup tebal.

Ketegangan yang disajikan di buku ini lebih kerasa daripada filmnya. Ini juga yang membuat saya penasaran dengan cerita di halaman-halaman berikutnya. Penasaran bagaimana eksekusi penulis untuk menyelesaikan konflik yang telah dibangun dengan sangat baik. Hasilnya pun memuaskan saya. Satu per satu konflik terselesaikan. Ada juga cerita sedihnya di sini. Hiks. Buat yang perasaannya sensitif, sedia tisu sebelum baca novel ini. Cerita soal alien yang punya kekuatan super dan hidup di bumi memang bukan hal baru, tapi novel ini tetap patut dicoba pecinta sci-fi untuk dinikmati.


My Rate:

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...