Friday, June 27, 2014

Catatan Musim by Tyas Effendi

Judul: Catatan Musim
Penulis: Tyas Effendi
Editor: eNHa
Proofreader: Patresia Kirnandita
Penerbit: GagasMedia
Jumlah halaman: 270
Cetakan pertama, 2012
*Hibah dari Mbak Ziy*



Masih sambil mengoleskan warna pada kanvas itu, aku bergumam, "Bagiku, melukis adalah mengungkapkan sesuatu tanpa membutuhkan kata-kata."
Gadis itu mengulum sebuah senyum tanpa mengangkat wajahnya. "Menerjemahkan, mengungkapkan sesuatu tanpa membutuhkan gambar." (hal. 18)

Pertemuan itu dimulai di sebuah shelter di sebrang Gereja Katedral Bogor ketika hujan sedang turun. Bukan hanya sekali dua kali mereka bertemu. Menunggu hujan reda di shelter seberang Katedral seolah sudah menjadi rutinitas mereka di sore hari. Gema Agasta, Tya Mahani, shelter, dan hujan. Hingga ketika salah satu dari keempat komponen itu tidak ada, ada yang mengganjal dalam hati Gema maupun Tya. Gema adalah seorang penggila seni lukis, sedangkan Tya adalah mahasiswi Sastra Inggris yang bekerja part time sebagai penerjemah novel asing. Bagi Tya, pohon mahoni adalah pohon yang merepresentasikan dirinya, sedangkan Gema direpresentasikan oleh pohon trembesi, pohon hujan.

Berawal dari pertemuan di shelter, mereka semakin dekat, hingga sesuatu terjadi pada Gema. Bekas luka di kakinya berubah menjadi kanker dan Gema harus diamputasi. Setelahnya dia juga harus melanjutkan sekolah di luar negeri demi passion-nya di bidang seni lukis. Dua tahun berlalu, takdir memberi jalan kepada Tya untuk menyadari perasaannya untuk Gema. Dia merasa harus menyusul Gema ke Lille, Perancis.

Di depan orang lain, aku berusaha untuk tetap menjadi aku yang dulu, yang sangat menikmati hidup. Tapi, aku tak bisa membohongi diriku sendiri. Aku masih sering mengunjungi shelter tempat kami berteduh bersama, masih sering mencarinya di ruang Seni Rupa, masih sering berdiam diri lama di depan loket pengambilan obat di klinik kampus... (hal. 75)

Di Perancis, ada seorang wanita muda yang menyukai lukisan Gema, Sara Levinne. Dia bukan orang biasa, Sara adalah seorang pelukis aliran realisme. Gadis inilah yang menjadi partner melukis Gema selama di Perancis. Sementara Tya, dia perlu beradaptasi dengan pergaulan Perancis, belum lagi dia harus tinggal bersama lawan jenis di flatnya. Sedikit banyak, Tya mengalami culture shock di sana. Kepergian Tya ke Perancis tidak menghentikannya menjadi seorang penerjemah. Tya pun bekerja di salah satu publishing house di Perancis. Inilah awal mula perkenalannya dengan Ulysses Reading Group, sebuah kelompok pecinta novel Ulysses, novel modernis yang melegenda.

Sekitar satu jam kemudian, beberapa orang datang ke rumah baca itu. Terus terang saja, aku kaget mendapati semua orang yang datang itu semuanya sudah tua. Hanya akulah satu-satunya perempuan muda yang datang ke tempat itu. (hal. 95)

Selama tinggal di Perancis, Kak Agam, sahabat Tya sejak kecil masih sering mengiriminya cangkir teh. Tya pun selalu membalas cangkir polos kirimannya dengan cangkir yang bergambar khas Lille. Suatu hari, pesanan Tya di  toko cangkir langganannya tertukar dengan pelanggan lain. Tak disangka, pelanggan itu adalah Gema. Babak kedua kisah Gema dan Tya pun dimulai. Bagaimanakah perasaan Gema kepada Tya sebenarnya?

Saya cukup menyukai tokoh Tya karena merupakan tipe orang yang filosofis. Bagi saya, orang yang filosofis adalah orang-orang cerdas. Saya juga suka kisahnya dengan Kak Agam yang sejak dulu rajin bertukar cangkir. Kesannya sweet banget. Pengen juga punya koleksi cangkir warna-warni atau berbagai motif, terus dipajang di lemari. *ngayal* Di samping itu, Tya ini juga pecinta buku lho. Hmm, atau mungkin lebih tepatnya hobi menerjemahkan novel? Intinya, dari kesukaannya menerjemahkan novel, Tya jadi penikmat novel juga.

Ada beberapa kata "canggih" yang diselipkan dalam novel ini, terutama di bagian awal, misalnya hujan orografis, awan nimbus, dan biru lazuardi. Karena saya bukan tipe yang penasaran dengan kosakata baru, kata-kata itu asal lewat buat saya. Tapi tentu bagi beberapa orang, munculnya kata-kata ini akan ikut memunculkan rasa penasaran untuk membuka kamus. Kemudian, ada frasa yang terlalu sering digunakan, yaitu "mengulum senyum". Nggak masalah sih sebenernya, tapi sepertinya lebih baik dikurangi porsinya, hehe.

Novel ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama, bergantian antara Tya dan Gema. Ditandai dengan perbedaan jenis huruf antara keduanya. Namun, perbedaan ini kurang kontras. Meskipun demikian, dari membaca ceritanya, perpindahan sudut pandang pencerita masih bisa dikenali. Saya saja baru menyadari jenis hurufnya berbeda setelah beberapa kali berubah sudut pandangnya. :)) Selain itu, di kebanyakan cerita yang menggunakan sudut pandang Gema, didahului oleh sebuah pertanyaan retoris, contohnya "Saat-saat seperti apakah yang kamu sukai?" atau "Pernahkan suatu hari kamu berpikir bahwa ternyata dunia begitu sempit?".

Setting tempatnya terjadi di dua negara, yaitu Indonesia (Bogor) dan Prancis (Lille). Detil kedua lokasi memang tidak terlalu ditonjolkan, mengingat novel ini bukan novel travelling, tapi penggambarannya sudah cukup membantu dalam membangun feel dari ceritanya. Yang sangat terasa bagi saya hanya Bogor yang sering hujan dan Lille yang sedang mengalami musim dingin, padahal berbagai musim dijadikan latar belakang novel, seperti musim kemarau, musim gugur, dan musim semi. Mungkin ini karena pada kedua musim terjadi peristiwa antara kedua tokoh utama yang menimbulkan kesan cukup dalam bagi saya.

Cover novel ini cukup sukses menggambarkan icon dari kisah yang diangkat olehnya. Tya (dan Kak Agam) disebutkan sebagai penyuka teh; teh krisan dan seduhan biji mahoni, yang satu manis, dan satu lagi pahit. Desain covernya simpel, tapi mengena. Novel ini saya rekomendasikan bagi para pecinta novel roman Indonesia.

"Buat apa kamu membohongi perasaanmu begitu? Kamu pikir bicara tentang cinta itu berarti bicara tentang kondisi fisik? Kalau seperti itu yang ada di pikiranmu, semua orang pasti nggak ada yang berpasangan karena nggak ada seorang pun di dunia ini yang sempurna." (hal. 193)

My Rate:

 




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...