Wednesday, January 08, 2014

Shin Suikoden #2 by Eiji Yoshikawa

Judul: Shin Suikoden
Penulis: Eiji Yoshikawa
Penerjemah: Jonjon Johana
Penyunting: Tim Khansa
Pewajah sampul: Iksaka Banu
Penerbit: Kansha Books
Jumlah halaman: 466
Cetakan I: April 2012
*Pinjam ke Mbak Lilis*



Novel bersampul hijau ini adalah buku kedua serial Shin Suikoden: Petualangan Baru Kisah Klasik Batas Air. Dalam buku keduanya, kisah diawali dengan pengejaran ketujuh buronan dari Desa Sekka oleh prajurit pemerintah. Sayang, ketujuh buronan itu begitu piawai dalam urusan perkelahian dan lebih mengenali medan tempur. Dengan mudah, pasukan pemerintah dapat dikalahkan. Setelahnya, mereka menuju Ryou Zan Paku, satu-satunya tempat yang aman bagi mereka.

Namun, tubuh kepemimpinan Ryou Zan Paku ternyata sedang goyah. Singkat cerita, pemimpin lamanya, Ou Rin dibunuh oleh Rin Chu. Pemimpin penggantinya adalah Chou Gai. Susunan kepemimpinan baru pun terbentuk, diisi oleh nama-nama bintang yang sepak terjangnya telah dikisahkan di buku satu. Di buku kedua ini, muncul bintang-bintang lain yang dapat kita tebak bahwa mereka akhirnya juga akan bergabung dengan kelompok di Ryou Zan Paku, di antaranya:


Sou Kou Mei si Hujan Berkah
Dia adalah mantan sekretaris pemerintahan. Meskipun fisiknya yang kurang tampan (kulitnya hitam), tetapi Sou Kou terkenal kebijaksanaannya. Sou Kou memiliki seorang simpanan yang cantik bernama Ba Shaku. Suatu hari, Sou Kou membawa asistennya, Chou San, ke rumah yang ditinggali Ba Shaku. Melihat ketampanan Chou San yang bagaikan bumi dengan langit jika dibandingkan dengan Sou Kou, Ba Shaku kontan jatuh cinta padanya. Makin hari sikap Ba Shaku makin menyebalkan kepada Sou Kou. Dia pun memiliki hubungan gelap dengan Chou San. Hingga suatu malam, ketika Sou Kou tanpa sengaja meninggalkan surat dari Ryou Zan Paku di rumah simpanannya dan Ba Shaku menyembunyikan surat tersebut sambil mengancam akan melaporkan Sou Kou ke polisi, terjadilah peristiwa nahas itu. Saking kesalnya, Sou Kou pun membunuh Ba Shaku dan akhirnya menjadi buronan. Perjalanannya kemudian sungguh panjang dan takdir mempertemukannya dengan bintang-bintang lainnya, salah satunya adalah Bu Shou.

Seperti dalam peribahasa, semua orang akan memedulikan kesulitan yang dialami orang baik dan merasa heran jika orang jahat tidak mengalami musibah. (hal. 87)

Bu Shou si Penumpas Harimau
Dia memiliki kakak yang sudah lama tak dijumpai, namanya Bu Tarou. Suatu hari, Bu Shou berekad mencari keberadaan sang kakak. Untuk meraih lokasi tempat tinggal sang kakak, Bu Shou harus melalui Bukit Kei You Kou yang dihuni seekor harimau buas. Tanpa gentar oleh peringatan penduduk sekitar, Bu Shou dengan yakin melalui jalur itu. Singkat cerita, dengan kepiawaiannya bertarung, harimau yang ditakuti oleh warga pun mati di tangannya. Begitulah asal usul julukannya. Mendengar berita tersebut, Bupati Sei Ka meminta Bu Shou menjadi kopral istana. Tak disangka di kabupaten inilah dia bertemu dengan kakak kandungnya yang berperawakan kecil dan wajahnya sangat jelek tetapi beristri sangat cantik. Mereka pun melepas rindu satu sama lain dan merekatkan hubungan yang merenggang selama ini. Karena kebaikan Bu Tarou, dia sering dimanfaatkan oleh istrinya. Hingga suatu ketika Bu Shou harus melaksanakan tugas ke luar kabupaten untuk beberapa lama, dan dimulailah petualangan cinta Han Kin Ren, istri Bu Tarou, dengan seorang juragan obat, Sei Mon Kei. Perselingkuhan ini mengakibatkan kematian Bu Tarou yang diracun oleh istrinya. Sekembalinya Bu Shou ke Kabupaten Sei Ka, dia tak kuasa menahan kesedihan atas meninggalnya sang kakak. Namun, Bu Shou tidak begitu saja percaya pada Kin Ren. Akhirnya, penyelidikan pun diam-diam dia lakukan dan fakta yang didapatnya adalah Bu Tarou diracun dengan arsenik dari toko obat Sei Mon Kei. Pembalasan dendam tak dapat dielakkan dan beujung pada penyerahan diri Bu Shou dan dia harus dibuang ke Provinsi Mou. Eits, tentu kisahnya masih berlanjut di halaman-halaman berikutnya dan ia pun kembali dipertemukan dengan Sou Kou. ;)

Pada saat Bu Shou meninggalkan gerbang pengadilan, orang-orang telah menantikannya dan berjajar di sepanjang jalan. Semuanya menunjukkan wajah muram. Ada yang memberinya pakaian dan makanan, dan ada pula yang memberinya obat-obatan untuk di perjalanan. (hal. 250)

Shin Mei si Api Guntur
Dia adalah panglima tertinggi untuk seluruh pasukan di Provinsi Sei. Shin Mei ditugaskan untuk menumpas kawanan penyamun di wilayah Sei Fu Chin. Dengan kecerdikan Sou Kou dan Ka Ei, para perampok berhasil mengalahkan pasukan Shin Mei. Si Api Guntur akhirnya dibawa ke markas dan kebenaran pun diceritakan padanya. Setelah lukanya agak pulih, Shin Mei kembali ke Provinsi Sei. Dari kejauhan, Shin Mei melihat kotanya berasap. Semakin dekat, diketahuinya bahwa kota telah porak poranda. Shin Mei langsung menuju purinya, tapi dia tidak dapat masuk. Shin Mei justru mendapati bahwa keluarganya telah dibantai oleh pasukan pemerintah. Pembantaian ini tidak lain karena fitnah yang dilancarkan oleh kelompok penyamun. Fitnah ini dilancarkan guna merekrut Shin Mei ke dalam kawanan mereka. Kemarahan Shin Mei meledak, tetapi dapat diredakan. Shin Mei pun bergabung bersama mereka dan menjadi salah satu bintang yang akan menegakkan kebenaran kelak. Rombongan mereka memutuskan unuk pergi ke Ryou Zan Paku.

Tadinya saya ingin memasukkan buku ini dalam reading challenge Eiji Yoshikawa yang digagas Mas Tezar. Nyatanya saya baru bisa selesai membacanya pada bulan Januari ini. Gagal deh niat saya.

Masih sama seperti buku pertamanya, Shin Suikoden #2 ini juga berisi perjalanan beberapa bintang yang diramalkan akan menorehkan sejarah besar dalam masa kelam Dinasti Sou. Gaya penceritaannya pun masih ala Yoshikawa, mengalir, dengan dialog-dialog yang mudah diikuti. Bedanya, di buku kedua ini, tokoh yang diceritakan tidak terlalu banyak, sangat terasa ada dua tokoh sentralnya, yaitu Sou Kou Mei dan Bu Shou. Sedangkan Shin Mei sendiri, meskipun termasuk dalam 108 bintang hanya mendapat sedikit porsi penceritaan. Entah di buku selanjutnya.

Ada juga kejanggalan yang saya temukan di sini. Aneh rasanya ketika membaca cerita bahwa Sou Kou dan teman-temannya memporak-porandakan kota yang berakibat pada pengusiran Shin Mei dari Provinsi Sei serta pembantaian keluarganya. Kemarahan Shin Mei hanya sesaat kepada sekelompok perampok tersebut. Bagian ini bagi saya kurang logis. Sewajarnya mereka yang kehilangan keluarga, apalagi karena difitnah, pasti akan marah besar. Namun, konflik ini tidak saya temukan dalam cerita.

Meskipun begitu, membaca kelanjutan kisah 108 bintang ini tetap mengasyikkan bagi saya. Dengan ending yang menggantung, membuat saya penasaran akan kelanjutan kisah mereka dan (tentunya) bintang-bintang barunya.


My Rate:

 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...