Monday, February 11, 2013

The Secret Life of Bees

Judul: The Secret Life of Bees
Penulis: Sue Monk Kidd
Penerjemah: Endah Sulistyowati
Editor: Ayuning, Gita Romadhona
Penerbit: Gagas Media
Jumlah halaman: 428
Tahun terbit: 2012


Lily Owens adalah seorang anak usia 14 tahun yang tinggal bersama ayahnya, T. Ray-tanpa kehadiran sang Ibu dan seorang pengasuh negronya, Rosaleen Daise. Ayahnya memiliki usaha perkebunan persik. Ibunya, Deborah Fontanel sudah lama meninggal sejak usianya 4 tahun karena kecelakaan pistol, setidaknya itulah yang diingatnya.

Suatu sore, Lily memergoki Rosaleen begitu tertarik dengan tayangan televisi. Ternyata saat itu sedang disiarkan penandatanganan Undang-Undang Hak Sipil oleh Presiden Amerika Serikat. Rosaleen memutuskan untuk pergi ke Kota Sylvan dan mendaftarkan diri untuk memberikan suara pada perayaan empat Juli esok harinya, ditemani Lily yang juga ingin keluar rumah pada hari ulang tahunnya.

Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan tiga orang pria yang sedang bermain kartu. Mereka menghina Rosaleen dan karena marah, Rosaleen menuangkan isi kotak penampung ludah tembakaunya ke sepatu mereka. Akhirnya Rosaleen dipukuli oleh pria-pria itu. Saat polisi datang, dia justru menangkap Lily dan Rosaleen. Lily tidak berada lama di kantor polisi karena T. Ray segera membawanya pulang. Tapi sesampainya di rumah, mereka bertengkar dan T. Ray mengatakan kalau yang sebenarnya terjadi di masa lalu adalah Deborah kabur meninggalkan Lily dan pada hari ia meninggal, kembali hanya untuk mengemasi barang-barangnya.

Bimbang, gelisah, Lily seolah mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya pergi dari rumah. Dan, ia melakukannya, menghampiri Rosaleen yang ternyata sudah dipindahkan ke rumah sakit karena (katanya) jatuh dan terluka. Lalu mereka kabur dari rumah sakit dan menuju Tiburon, kota yang mirip Sylvan, tapi tanpa kebun persik. Kota yang tertulis di belakang foto Maria berkulit hitam, peninggalan ibu Lily. Foto tersebut mengarahkan mereka pada tiga orang wanita pemilik peternakan lebah, produsen Madu Black Madonna, yaitu August, May, dan June.
"Maksud perkataan May adalah ketika tiba waktunya untuk mati, maka matilah, dan ketika tiba waktunya untuk hidup, maka hiduplah. Jangan menjadi orang yang setengah-setengah dalam hidup, tetapi jalanilah kehidupan itu secara utuh, seolah kau tidak takut." (halaman 279)

Bagaimana kelanjutan kisah perjalanan Lily dalam mencari jati diri ibunya? Benarkah ibunya dulu pergi meninggalkannya?

***

Sang Ratu adalah kekuatan yang menyatukan komunitas; jika sang Ratu dipindahkan dari sarang, para pekerja bisa merasakan ketidakhadirannya dengan cepat. Setelah beberapa jam, atau bahkan kurang dari itu, mereka akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya kepemimpinan.

Kata-kata di atas adalah salah satu dari kutipan-kutipan mengenai kehidupan lebah yang digunakan oleh Sue Monk Kidd di tiap awal bagian. Saya akui memang banyak kalimat yang dapat dikutip dari buku ini. Termasuk kutipan kehidupan lebah di atas. Kalau mau diselami, kutipan-kutipan yang ada di dalam buku ini sangat bisa diambil hikmahnya untuk kehidupan keseharian kita. Nilai plus lagi, cukup banyak pengetahuan tentang dunia peternakan lebah yang dapat pembaca nikmati. Ditambah, pengetahuan tentang situasi yang terjadi di Amerika sana saat rasialisme masih terjadi. I got the feelin, seriously.

Seperti biasa, saya senantiasa memiliki ekspektasi tertentu atas buku yang akan saya baca. Dan kali ini ekspektasi saya ada soal judul dengan isinya. Saya pikir di dalam buku ini penulis akan menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan falsafah hidup lebah. Ternyata tidak, hehe. Novel ini lebih menceritakan tentang proses pencarian fakta masa lalu seorang ibu oleh anak perempuannya. 

Alurnya berjalan cukup lambat, dengan POV orang pertama. Dari sini pembaca dapat merasakan kelabilan tokoh utama, Lily. Saya bisa maklum sih karena usianya yang masih belasan itu dan (mungkin) karena kondisi keluarganya yang, yeah, tanpa ibu dan dengan ayah yang seperti bukan ayahnya. Anyhow, tetep aja kalau pas baca pemikiran-pemikiran Lily yang lagi kumat labilnya bikin gemes. :D

Satu lagi kekurangannya, yaitu ada banyaknya typo dalam edisi yang diterbitkan oleh Gagas Media. Selain typo, penggunaan EYD-nya juga beberapa ada yang kurang pas, termasuk penggunaan tanda bacanya. Pun pemilihan katanya ada yang kurang pas, misalnya di halaman 19.
"Yah sebenarnya, aku berpura-pura mengerang, tetapi di dalam hati aku terlonjak senang..."
Err, mengerang??

Yap, akhir kata, saya memberikan nilai....


"Kami hidup untuk madu. Kami menelan sesendok madu setiap pagi untuk membangunkan kami dan sesendok lagi setiap malam untuk membantu kami tidur." (halaman 113)

2 comments:

  1. Aku pernah nonton filmnya yang diperanin sama Dakota Fanning, sempet bingung sama filmnya tp lumayan menyentuh cuma aku belum baca bukunya... liat review dan rating mba, cukup nonton aja deh ^^

    ReplyDelete
  2. Keren yah novelnya cerita ttg bees tapi ada sisipan cerita Lily Owens biar gak boring

    -rizka-

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...