Wednesday, February 27, 2013

Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1)

Judul: Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1)
Penulis: Kathryn Littlewood
Penerjemah: Nadia Mirzha
Penyunting: Lulu Fitri Rahman
Penerbit: Noura Books
Jumlah Halaman: 320
Cetakan I, November 2012
*Pinjem dari mbak Lilis

Memiliki peran kecil dalam sebuah proyek besar dan mengagumkan tidaklah menyenangkan. "Hey, aku juga mau berperan besar! Aku juga ingin mengambil bagian, Ma.", mungkin kalimat ini cukup mewakili isi kepala Rosemary Bliss ketika hanya diminta membeli bahan-bahan 'biasa' untuk membuat resep-resep 'luar biasa'.

Begitulah. Rosemary (Rose) Bliss adalah anak kedua dari Albert dan Purdy Bliss, teenager yang biasa-biasa saja. Anak mereka yang lain adalah Thyme (Ty), si sulung yang tampan dan memesona banyak wanita; Sage, anak ketiga yang lucu; dan Parsley (Leigh), si bungsu yang mirip dengan Rose versi menggemaskan. Nama anak-anak keluarga Bliss diambil dari nama rempah-rempah. Mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Calamity Falls dan membuka toko roti Follow Your Bliss. Bliss sendiri sebenarnya adalah nama belakang dari Purdy.

Suatu pagi, Purdy meminta Rose dan mengajak adiknya, Sage, untuk membeli bahan-bahan kue serta menduplikat sebuah kunci perak berbentuk alat pengocok. Setelah selesai mengerjakan tugas dari Purdy dan membeli donat Stetson, mereka melihat iring-iringan mobil seperti mobil polisi menuju rumah mereka. Awalnya mereka mengira iring-iringan tersebut datang untuk mengambil buku resep rahasia, Bliss Cookery Booke. Ternyata mereka salah, yang datang adalah Walikota Humbleton, Janice Hammer, yang meminta bantuan Albert dan Purdy Bliss untuk menyembuhkan penyakit flu musim panas di sana.

Awalnya mereka agak keberatan karena dimintai tolong selama seminggu, yang artinya mereka harus meninggalkan anak-anak dan toko roti -terutama sihirnya- selama seminggu. Namun, akhirnya Purdy memutuskan untuk berangkat, dan tanpa dibayar.

Sebelum berangkat, seluruh anggota keluarga berkumpul di lantai bawah. Albert dan Purdy pun memberitahu soal ruang rahasia dan Bliss Cookery Book. Mereka berpesan agar tidak ada yang menggunakan sihir selama kepergian keduanya. Rose heran dan kecewa. Ia sangat ingin melakukan hal-hal yang dilakukan ibunya.

Setelah Albert dan Purdy pergi bersama walikota, datanglah seorang wanita muda yang mengaku bernama Lily, bibi mereka. Rose tidak percaya begitu saja, tapi bibi memiliki tanda lahir yang sama seperti milik keluarga Bliss lainnya, yaitu sebuah sendok sup di bahunya. Rose merasa tidak mampu berpaling dari Lily, sekalipun ia mencurigakan. Bahkan lidahnya kerap kelu jika ingin melaporkan ke orang tuanya yang menelepon.

Siapakah Lily sebenarnya? Dapatkah anak-anak keluarga Bliss melaksanakan pesan orang tua mereka? 

Gyaa, pertama kali melihat buku ini langsung pengen bawa pulang. Unik, dengan bagiat tepinya yang berglitter biru. Tapi, waktu itu udah beli dua buku. Untungnya mbak Lilis bisa dibujuk beli dan saya bisa pinjam. :)

Emm, seperti yang saya tuliskan di akun goodreads saya tentang buku ini, membaca sesuatu yang berbau sihir, entah kenapa sering membuat saya membandingkan dengan kisah Harry Potter, kisah tentang sihir pertama yang saya baca. Padahal kalau dicermati sebenarnya memang tidak bisa disamakan. Tiap penulis biasanya memiliki kekhasan ceritanya sendiri. Seperti dalam buku ini, khasnya berada pada resep yang ditulis dalam bentuk cerita, bahan-bahan magis, dan takarannya yang tidak biasa. Pernah membayangkan membuat kue dengan bahan ekon awan atau nyanyian burung bul-bul? Atau pernah membayangkan secangkang-ek jintan hitam atau panas setara tujuh nyala api? Unik bukan?!

Selain menyajikan fisik luar yang eye catching dan temanya yang unik, saya juga menyukai jenis huruf yang digunakan oleh penerbit. Pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Alurnya juga pas dengan ending yang membuat saya makin penasaran dengan kisah selanjutnya dari trilogi ini.

Masih ada sedikit kekurangan dalam buku ini, pertama penggunaan pilihan kata yang tidak konsisten, misalnya panggilan Rose kepada ibunya, di prolog disebukan "Mama", tapi bab-bab berikutnya Rose memanggil "Mom". Selain itu, pada halaman 78 ada penyebutan takaran "secangkang-ek jintan hitam", tapi di pengulangan takaran di paragraf bawahnya berubah menjadi "secangkang-ek biji-bijian hitam". Dan ada sebuah kata di halaman 150, yang entah ini typo atau EYD-nya memang salah, tertulis "melorotkan celana", padahal seharusnya "memelorotkan celana".

Karena kelebihan buku ini jauh melampaui kekurangannya, saya memberi nilai 4 dari 5.. ^^

  
    

4 comments:

  1. Mba ni aku liat di gramed uda ada seri keduanya ya... ini brp seri ya mba ? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada tiga seri. buku duanya juga udah punya, tp blm dibaca, hehehe

      Delete
  2. 4 dari 5 bintang, wow, buku yang baguss pastinya :D
    kombinasi dua hal yg aku suka, masak dan fantasy hehe...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...