Thursday, October 25, 2018

Revered Back by Inggrid Sonya

Judul : Revered Back
Penulis : Inggrid Sonya
Editor : Pradita Seti Rahayu
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Jumlah halaman : vi + 412 halaman
Diterbitkan pertama kali : Tahun 2015





"Perasaan yang terlalu lama diendap dalam-dalam tanpa balasan itu menyakitkan" (halaman 3)


Revered Back menceritakan tentang Ranjana Putri Gantari (Jana) yang memiliki perasaan khusus pada Dimi. Jana begitu mengenal Dimi. Jika dianalogikan, Dimi adalah benda sedangkan Jana adalah bayangannya. Dalam kesehariannya, Jana adalah siswi yang semena-mena terhadap orang lain. Apalagi jika ada yang ngomongin Jana di belakang dan ketahuan. Oleh karenanya, Jana dijuluki Dewi Medusa oleh siswa lain.

Jana hanya mau mendengarkan kata-kata Dimi. Mengingat kelakuan Jana, Dimi harus bersedia menjadi rem demi melindungi orang yang disukainya. Apa yang disembunyikan Dimi nyatanya terendus juga oleh Jana. Kedekatan Dimi dengan Gwen diketahui oleh Jana. Karena kesal dan merasa dibohongi, Jana pun mencelakai Gwen--hal yang akhirnya ia sesali.


Saat Jana sudah menyerah pada Dimi, Cakra hadir dalam kehidupannya. Cowok nyebelin dan urakan ini paham betul apa yang dirasakan Jana.

"Peristiwa-peristiwa menyakitkan yang menimpanya secara beruntun membuat Jana yakin ia memang tidak pantas untuk bahagia." (halaman 108)

***

Sebelumnya, saya mau membuat pengakuan dulu. Review ini ditulis lama setelah saya menamatkan Revered Back. Hasilnya adalah feel-nya udah menguap sodara-sodara. Mohon jangan ditiru yah. Saya pun harus blog walking dan swipe ulang ebooknya..huhu..biar apa? Biar inget mau nulis apa, dan inget ceritanya kayak gimana. TT_TT

Bagi saya, Revered Back cocoknya dibaca oleh remaja ya. Atau dia yang memang suka baca novel-novel teenlit meskipun sudah bukan remaja.

Mari kita bahas konfliknya dulu. Seperti kutipan yang saya sebut di atas. Konflik terjadi bertubi-tubi, ra uwis-uwis. Saya agak lelah mengikutinya meskipun solusi atas konflik-konflik tersebut diberikan satu per satu. Sepenangkapan saya, konflik klimaks sebelum sampai di pertengahan halaman. Proses cerita dari awal menuju klimaks rasanya terlalu cepat, sehingga kalau digambarkan dalam bentuk kurva akan condong ke kiri.

Kurva konflik lalu melandai perlahan. Jika dibandingkan dengan proses menuju klimaks, anti klimaksnya justru disajikan dalam proses yang lebih lambat, diikuti dengan kemunculan konflik-konflik ringan yang menjadi bumbu. Anti klimaks yang "berproses" inilah yang menurut saya jadi nilai lebih penulis.

Sekarang soal tema cerita. Revered Back mengambil tema cerita yang sudah umum digunakan dalam novel roman remaja. Cinta sang tokoh utama bertepuk sebelah tangan, lalu dia dipertemukan dengan orang yang menjadi the right man. Adegan favorit saya adalah tantangan dalam menentukan notasi sel volta yang dilakukan oleh Dimi dan Cakra demi mendapatkan tempat duduk di sebelah Jana. Gini nih harusnya, dear remaja. Bersainglah dengan cara yang positif. :p

Setidaknya ada tiga tokoh yang menjadi sentral cerita, Jana, Dimi, dan Cakra. Untuk Jana dan Cakra, penulis sudah menjelaskan latar belakang mereka, seperti keluarga dan masa lalu mereka, sehingga empati pembaca atas diri Jana dan Cakra dapat terwujud. Namun, sayangnya latar belakang Dimi belum disampaikan dalam cerita, padahal ini penting untuk membangun empati pembaca untuk Dimi.

Ah ya, ada beberapa lagu yang disebutkan dalam Revered Back. Untuk penggemar All Time Low, beberapa lirik lagunya dikutip di sini. Jadi, kalian bisa nyanyi bareng Jana dan Cakra.

Secara keseluruhan, cerita Revered Back cukup menarik diikuti. Saya rekomendasikan untuk mereka yang suka cerita dengan tokoh bad boy yang cerdas dan romantis.


My rating:

 

2 comments:

  1. Cowoknya kerasa cowok, Nis? Maksud saya, kadang kalau yang menulis cewek, feel tokoh cowok masih agak terlalu feminim... secara ini kan gambarannya bad boy, gitu. Oiya, tokoh cowok yang cowok banget itu menurut saya Hariis Risjad-nya Ika Natassa atau Zona-nya Dewie Sekar atau tokoh cowok di Bangkok-nya Moemoe Rizal (lupa), hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo perbandingannya kyk yang mas ijul sebutkan, ku tak tahu yaa, blm baca novel2nya. wkwk.
      klo di novel ini sih, bad boy-nya tergambar dari penampilan & komunitasnya ya. kan dia masuk di geng orang2 yang ditakutin di sekolah, dan termasuk orang yg berpengaruh di geng itu. tapi di novel ini cerita bandel-bandelnya minimalis memang. malah lebih banyak cerita kalo dalemnya itu si Cakra berhati emas. Jadi ada selipan pesan "don't judge the book by its cover" gitu.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...