Friday, April 24, 2015

Curhat Buku #1


Berhubung aku lagi males banget bikin review buku, kuputuskan untuk ikut meme Curhat Buku yang didalangi oleh Kak Orin. Intinya semacam review kecil-kecilan tentang buku yang udah, sedang, maupun akan kita baca. Langsung aja deh.

~RECENTLY FINISHED READING~



Saya termasuk orang yang gak begitu suka beli komik, lebih sukanya pinjem. Hehe. Soalnya sayang, dengan harga segitu, cuma bisa dinikmati selama beberapa jam, terus selesai. *pelit* Beli komik ini pun gak niat sebenernya. Waktu itu lebih tertarik sama novel Cherry Crush yang kovernya super unyu. Gak lucu kan kalo cuma beli satu buku, jadilah nambah beli komik ini. Toh belakangan lagi gak dapet pinjaman komik.


Volume 82 ini diawali dengan cerita Makoto (Pacar Sonoko) Vs Kapten Kid. Paman Jirokichi, as usual berniat menantang Kid untuk mencuri batu Emerald Green. Berbagai simulasi pengamanan dijalankan, tapi ternyata dari karakter Kid yang dimasukkan ke simulator, dia dinyatakan berhasil menerobos semua simulasi itu. Tiba-tiba datanglah Makoto-sang-juara-400-pertandingan-karate menawarkan diri untuk melindungi batu permata itu. Soalnya Makoto sebenernya cemburu ngeliat Sonoko girang banget setelah tahu Kid akan muncul.

Heuh. Saya sih enjoy banget baca cerita Conan. Dari segi cerita gak usah diragukan lagi keseruannya. Sayangnya, ada balon percakapan yang salah, percakapan gambar sebelumnya tercetak lagi di gambar itu. Ada juga kalimat-kalimat yang kurang hurufnya. Tapi, info soal kucing calico dan tindak-tanduk kucing patut diacungi jempol lho. Nambah wawasan banget. Gak sia-sia deh curi-curi baca komik sambil mompa. :3


Komik Hai Miiko! berhasil memikat hati saya sejak SMA. Yah, dari mana lagi kalau bukan hasil pinjaman seorang teman. Cerita pertama volume 27 berisi banget, IMO. Kayak belajar budaya Jepang soal dunia persumpitan. Ceritanya Miiko ini orangnya cuek bebek soal pegang sumpit, yang penting bisa dipake buat makan. Tapi, waktu dia makan di kedai tempura, Miiko ditegurlah sama yang punya kedai. Akhirnya dia mau belajar dari Tappei yang waktu itu makan bareng di sana. Sepenting itu ya, adab makan orang sana.

Yang aneh di komik ini adalah soal penggunaan panggilan "Om" dan "Tante". Yang biasanya saya temukan di anime-anime atau komik-komik terjemahan adalah panggilan "Paman" atau "Bibi". Apalagi gambar di komiknya dua orang itu sudah agak tua.

~CURRENTLY READING~


Baru baca sedikit sih novel ini. Belum punya ekspektasi juga gimana alur ceritanya, hehe. Sejauh ini baru menceritakan kalau tokoh utama, Kirana adalah seorang mahasiswi jurusan Hubungan Internasional yang pernah mengambil short course di Jenewa, Swiss. Dia tinggal di apartemen milik warga lokal, sebuah keluarga kecil yang cukup sibuk dengan satu anak berusia 5 tahun yang manis, Maelys. Meskipun cuma sebentar tinggal di sana, ternyata keluarga itu sudah menganggap Kirana sebagai bagian keluarga, begitu pula sebaliknya. Selain itu, ternyata dia kepincut cowok bule bernama Emmanuel. Inilah yang membuat Kirana merasa sedih ketika dia harus kembali ke tanah airnya.

Komentar sementara, saya lebih suka penulis menggunakan kata "aku" untuk mewakili dirinya, dibanding kata "saya". IMO, agak aneh aja, narasinya baku banget, tapi dialognya bahasa percakapan banget. Yah, preferensi orang beda-beda sih. :p Kemudian, soal alurnya. Lagi-lagi ini bagi  saya ya, saya lebih suka jika penulis menceritakan alurnya mundur jauh sekalian ke awal cerita akan dimulai baru maju sesuai kronologi kisahnya, dari pada mundur sedikit demi sedikit dan kadang-kadang disisipi oleh kisah di masa sekarang.


Ceritanya waktu itu saya sedang ingin membaca novel yang ada unsur-unsur misterinya. Lalu saya memasukkan kata "misteri" di kolom pencarian aplikasi Gramediana. Novel ini termasuk salah satu hasilnya. Setelah itu saya cek di goodreads bagaimana ratingnya. Lumayan. Saya pun memutuskan untuk membeli versi ebook dari karya Ayu Welirang ini.

Tujuh orang yang sudah bersahabat dengan alam dengan menjadi bagian dari kelompok pecinta alam, baik di masa lalu atau pun masa kini bergabung dalam sebuah ekspedisi yang dinamakan The Big Wall Expedition. Ekspedisi ini didanai oleh pengusaha renta yang kaya raya bernama Rudolf demi mendapatkan artefak kuno yang memiliki kekuatan magis. Medan yang sangat sulit dengan risiko tinggi menjadi alasan mereka diharuskan menandatangani kontrak mati. Mampukah mereka menyelesaikan misi ini dengan gemilang?

Sinopsis di belakang sampul novel menjanjikan kisah yang seru sekaligus menegangkan. Untuk sementara, boleh dibilang saya puas dengan eksekusi penulis. Di bagian awal, ketujuh orang ini menempuh cara yang berbeda untuk "mengenal" ekspedisi ini. Yah, beberapa orang memang sudah kenal dari awal, misalnya saja Ichan dan Tom, Ambar dengan Dom, Salman, dan Bima yang sama-sama baru selesai mengikuti tes Walagri. Hanya Gitta yang soliter dari awal, tapi lalu cepat akrab dengan Ambar karena hanya mereka berdua yang berjenis kelamin perempuan.

~TO READ NEXT~


Meskipung rating-nya di GR tidak terlalu bagus, tapi saya tetap penasaran dengan isi cerita bergambar ini. Harganya juga tidak terlalu mahal, jadi saya beli juga dalam rangka membelanjakan uang arisan. Saya tidak berharap terlalu banyak soal isinya. Lagian kan lumayan, buat nambahin angka di daftar buku yang udah dibaca tahun ini. :p

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...