Judul asli: The Age of Miracles
Penulis: Karen Thompson Walker
Alih bahasa: Cindy Kristanto
Editor: Primadonna Angela
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 344
Cetakan I: Juni 2013
*Hasil nitip Mbak Lina "Lady Story Telling"*
Tiada yang tahu kapan tepatnya kiamat akan benar-benar terjadi dan bagaimana proses detilnya kiamat tersebut. Rotasi bumi melambat sedikit demi sedikit, entah kenapa. Waktu siang dan malam semakin panjang. Selain itu, gravitasi bumi pun berubah, burung-burung semakin banyak yang tiba-tiba terjatuh. Tanaman banyak yang mati karena tak bisa beradaptasi. Begitu pula manusia, jumlah bunuh diri meningkat, kriminalitas pun merajalela. Bumi semakin kacau. Masyarakat mulai menumpuk makanan cepat saji di rumahnya, pom bensin pun selalu sangat ramai. Mereka melakukan apa pun untuk mengantisipasi datangnya bencana. Benarkah ini sebuah pertanda akan datangnya kiamat?
Adalah Julia, seorang siswi SMP di California yang menceritakan semua kejadian itu kepada kita melalui buku ini. Julia sendiri adalah seorang anak tunggal. Ketika perlambatan ini berlangsung, masalah datang padanya bertubi-tubi, kehilangan sahabat baiknya (Hanna), orang tuanya yang terancam bercerai, termasuk rumitnya cinta pertama dengan Seth Moreno. Di sekolah, Julia ini bukan tipe gadis populer, dia cuma... yah, gadis biasa. Dengan kepergian Hanna, sekarang Julia kembali bergaul dengan Gabby, meskipun mereka sebenarnya kurang cocok.
Perlambatan mengganggu lintasan-lintasan tertentu yang lebih samar: jalannya persahabatan, misalnya jalur menuju dan meninggalkan cinta. Tapi siapa aku, bisa-bisanya mengatakan masa kanak-kanakku belum ditentukan jauh sebelum perlambatan? (hal. 45)
Pemerintah memutuskan agar seluruh warga menggunakan jam waktu, sehingga sehari tetap 24 jam, bukan berdasarkan lamanya siang dan malam. Anak sekolah masuk ketika matahari belum muncul, dan seringkali orang-orang tidur ketika matahari masih sangat terik. Namun demikian, ada pula orang-orang yang tetap menggunakan jam sebenarnya, berdasarkan lamanya siang dan malam. Mereka adalah golongan minoritas jika dibandingkan dengan penganut jam waktu. Bagaimanakah kelangsungan hidup warga bumi selanjutnya? Baca selengkapnya di The Age of Miracles: Yang Pernah Ada.
Dari halaman-halaman awal saya sudah menebak bahwa alur penceritaan novel ini akan berjalan lambat. Namun, saat itu masih ada terbersit harapan bahwa alurnya akan semakin menarik untuk diikuti. Ternyata tidak, dari awal, tengah, sampai akhir saya hanya merasa novel ini datar-datar saja. Datar dan lambat, itulah kesan yang saya dapatkan. Saya terseok-seok menyelesaikan buku ini. Rasanya tangan tak kuasa untuk "dadah-dadah" dan menyerah.
Kedua, saya menemukan banyak kesalahan pengetikan maupun kesalahan penggunaan tanda baca. Hmm, meskipun yang menerbitkan termasuk penerbit besar dan biasanya minim typo, saya kecewa dengan kualitas pengecekan novel ini. Soal sampul bukunya, menurut saya sudah sangat sesuai menggambarkan kesuraman cerita. Meskipun beberapa sampul terbitan luar lebih eye-catching, tetapi sampul terbitan GPU ini yang paling sesuai dengan isi buku.
Akhir kata, saya sepertinya memang cocok membaca buku-buku yang temanya suram. ._. Tapi untuk kamu yang justru menyukai tema ini, The Age of Miracles bisa menjadi pilihan bacaan yang baik.
My Rate:
Kayaknya crita yang berbau2 kiamat kok bikin miris ya. Tapi aku baca tiga paragraf pertama review ini malah jadi pingin baca.
ReplyDeleteahihi..coba dibaca aja kak, bukunya. siapa tau beneran suka. ^__^
Deletesoalnya banyak yang bilang bagus juga sih..
Dari sinopsisnya padahal emang menarik, ya. Perlambatan bumi..... Tapi waktu itu sempet intip beberapa halaman di tobuk dan setelah denger beberapa pendapat dr temen yg udah baca (termasuk review Kak Nisa ini), akhirnya nggak jadi tertarik beli, ah :p
ReplyDeleteIya...aku juga tergoda baca sinopsisnya dan review mbak maria.. tp pas dicoba gak cocok ternyata x_x
Deletenovel terfavorite sampe sekarang
ReplyDelete