Penulis: A. Fuadi
Editor: Danya Dewanti Fuadi & Mirna Yulistianti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 473
Cetakan ke-5 Februari 2012
Harga normal: Rp 65.000,-
*Beli di Islamic Bookfair 2012*
Man yazra' yahsud -siapa yang menanam akan menuai yang ditanam- (halaman 30)
Begitulah bunyi salah satu pepatah Arab yang diajarkan di Pondok Madani.
Alif sekarang sudah lulus dari Pondok Madani, sebuah pesantren yang menempanya selama enam tahun. Untuk bisa mengikuti UMPTN, Alif harus mengikuti ujian persamaan SMA. Waktu persiapannya tidak banyak, hanya dua bulan. Tapi Alif tidak patah semangat, berbagai upaya dia lakukan agar dapat lulus ujian persamaan. Alif berhasil lulus ujian, walaupun rata-ratanya hanya 6,5. Berikutnya dia harus menaklukkan ujian UMPTN. Jurusan Hubungan Internasional menjadi pilihannya, ingat bahwa Alif pernah bercita-cita pergi ke Amerika?
Saat-saat menanti pengumuman, layaknya anak muda jaman sekarang, Alif pun galau. Tiba di hari pengumuman, Alif dan ayahnya sudah menunggu di pinggir jalan aspal selepas Subuh. Bus yang membawa koran pun datang. Daaaannn, Aif lulus UMPTN untuk jurusan HI Universitas Padjadjaran.
"... aku pratikkan nasihat Kiai Rais, yaitu siapa saja yang mewakilkan urusannya kepada Tuhan, maka Dia akan 'mencukupkan' semua kebutuhan kita. 'Cukup' kawanku. Itu yang seharusnya kita cari." (Baso - halaman 35)
Alif pun menuju Bandung. Dia tinggal bersama Randai, rencananya untuk satu-dua minggu, tapi nyatanya uang Alif tidak cukup untuk menyewa kamar kos. Di Bandung, Alif berkenalan dengan seorang tetangga yang berkilau, namanya Raisa, mahasiswi jurusan Komunikasi. Alif pun memiliki sahabat lain, yaitu Wira, Agam, dan Memet. Agam yang humoris, Wira yang atletis, dan Memet yang berbadan subur.
Di sore hari yang rintik-rintik, Alif mendapat telegram bahwa ayahnya sedang sakit. Malam itu juga ia pulang ke Maninjau dengan meminjam uang Randai. Sesampainya di Maninjau, Alif diajak ke rumah sakit menemui ayahnya. Menurut dokter, ayah Alif sakit radang perut (radang lambung mungkin ya). Kondisi ayahnya sempat membaik, tetapi di hari Alif seharusnya kembali ke Bandung, tiba-tiba kondisi ayahnya menurun drastis lalu meninggal.
"Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti." (halaman 101)
Beban hidup yang harus ditanggung Alif bertambah berat. Selain menahan keinginannya untuk dapat bersenang-senang seperti kawan-kawan lainnya, sebagai anak pertama, dia juga ingin meringankan beban Amak. Alif bertekad untuk mencari kerja. Pekerjaan apa saja, asal halal, akan dia lakukan, mulai dari mengajar privat dan menjadi sales door to door. Karena kerasnya dia bekerja, Alif pun terserang tifus. Merasakan penderitaan yang tak kunjung usai ini, Alif sempat menyangsikan kebenaran pepatah Arab, man jadda wa jadda.
Bagaimana kelanjutan kisah Alif di Bandung? Mampukah ia menggapai cita-citanya untuk pergi ke Amerika? Bagaimanakah keampuhan pepatah man shabara zhafira dalam kehidupan Alif maupun teman-temannya?
simak kelanjutan kisahnya dalam novel ini...
Buku kedua serial trilogi Negeri 5 Menara ini menceritakan kisah kehidupan Alif setelah lulus dari Pondok Madani. A. Fuadi menceritakan kehidupan Alif dengan gaya penulisan yang sama dengan serial pertamanya, Negeri 5 Menara. Pun masih banyak disisipkan perkataan-perkataan guru di PM yang quotable. Bedanya, saya merasa serial keduanya tidak sememukau serial pertamanya. Rasanya kurang nendang kisahnya. Menurut saya, tidak ada yang istimewa dari novel ini. Tadinya saya menaruh ekspektasi bahwa novel keduanya akan menjanjikan kisah yang lebih bagus lagi, nyatanya....
Sorotan utama tentunya pada tokoh Alif. Dan di buku keduanya ini, porsi kisah Alif sangat-sangat mendominasi. Kurang sreg aja. Lebih suka buku Negeri 5 Menara yang di sana juga banyak menceritakan kisah teman-teman Alif, sehingga bisa mengobati kejenuhan akibat penceritaan tokoh yang dominan itu-itu saja. Sejujurnya, saya kurang suka dengan karakter Alif sendiri, hehe.. *no offense
"Perjuangan tidak hanya butuh kerja keras, tapi juga kesabaran dan keikhlasan untuk mendapatkan tujuan yang diimpikan." (halaman 135)
My Rate:
aku lebih suka negeri 5 menara dibanding ranah 3 warna
ReplyDeletelebih terasa saja semangat belajarnya
-rizka-
samaaaa..toss!
Deletepenggggggggiiiiiiinnnnnnnn buuuukuuunnnnyyyyya di perpus ada tapi tak sempat pinjem and bacayyyyy
ReplyDelete