Judul: Kim
Penulis: Rudyard Kipling
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Penyunting: Dhewibetta
Perancang sampul: Tyo
Penerbit: Bentang
Jumlah halaman: 454
Cetakan pertama: Juni 2011
Harga: Rp 25.000
*Beli di bazar buku Gramedia Matraman*
"... tapi jika orang jahat tidak terus diberantas, dunia ini tidak akan nyaman bagi pemimpi yang tidak bersenjata." - Serdadu tua (h. 84)
Saya bingung harus memulai review ini darimana. Saya merasakan apa yang sebisa mungkin diminimalisir oleh penerjemah. Saya "sesak napas" ketika membaca novel ini. Banyak juga menemukan missing hole. Kalian yang berniat membacanya harus menyiapkan otak yang prima ya. Seringkali saya bingung apa yang sedang dibicarakan di dalam buku ini. Mereka pun dengan cepat berpindah tempat. Dan kadang banyaknya tokoh yang terlibat dialog juga membuat saya bingung, siapa yang sedang berbicara. Belum lagi banyaknya istilah yang sayangnya dituliskan dalam glosarium di halaman depan. Seharusnya tidak perlu ada glosarium. Catatan kaki akan lebih memudahkan pembaca. Dan karena saya bukan orang yang cukup nyastra, jadilah saya juga tidak menikmati tiap epigraf yang disajikan di awal bab. Hampir semuanya saya skip. Belum lagi beberapa paragrafnya panjang-panjang. Tapi mungkin inilah ciri khas karya sastra Rudyard Kipling, kalimatnya yang beranak pinak, gaya bahasanya yang "unik", serta mengajak pembaca berpikir dan benar-benar menyimak tiap kata yang ditulisnya.
Kisah dimulai dengan menceritakan asal-usul Kim. Kim adalah anak kulit putih, meskipun iya agak mirip dengan anak-anak India pada umumnya. Dia adalah anak dari seorang anggota resimen Irlandia, Kimball O'Hara. Dia diramalkan akan didatangi seekor Sapi Jantan Merah besar di ladang hijau dan kolonel yang menunggang kuda tegap dan menurunkan kepada orang Inggris sembilan ratus iblis. Suatu hari dia kedatangan seorang Bhotiya (orang Tibet) yang menanyakan tentang Rumah Ajaib. Setelah mendapat cukup informasi, sang lama, orang Tibet tadi masuk ke Rumah Ajaib dan mendengar kisah anak panah Dewa yang jatuh lalu menyemburlah air yang membentuk sungai. Sungai yang selama ini dicarinya, Sungai Anak Panah. Tidak ada yang tahu, dimana letak pastinya Sungai Anak Panah.
Datanglah Kim menawarkan diri menjadi chela (murid) sang lama dan akan menemaninya mencari Sungai Anak Panah, sambil melakukan pencarian atas Sapi Jantan Merah seperti ramalan ayah Kim dahulu. Pertama-tama, Kim meminta uang kepada Mahbub Ali, pedagang kuda yang juga seorang muslim. Mahbub pun menitipi Kim sebuah pesan untuk disampaikan kepada seorang pejabat di Umballa, tempat yang seharusnya dilalui Kim menuju Benares. Keesokan dini hari mereka memulai perjalanan dengan segera, Kim dan sang lama. Baca kisah selanjutnya dalam Kim, sebuah kisah petualangan yang disusupi oleh spionase.
Kelebihan novel klasik ini ada pada penjabaran budaya India yang cukup mencerahkan. Heterogennya agama dan kepercayaan di sana. Dan bahwa di tiap daerah memiliki kultur sendiri. Keberuntungan dan kelihaian Kim juga membuat saya takjub. Pembaca juga dapat melihat metamorfosa Kim dari sifatnya yang pada awalnya cukup kekanak-kanakkan, makin lama ia bertambah bijak, terutama setelah keluar dari sekolah para sahib.
Masih cukup banyak typo bertebaran. Dan endingnya sungguh "tidak dapat ditebak". Em, ya, saya mengharapkan adanya keajaiban, tetapi ternyata "keajaiban" itu hanya dapat dirasakan oleh sang lama, sedangkan orang-orang lainnya tidak beranggapan begitu. Tadinya berniat untuk tidak menyelesaikan novel ini saking berat dan tidak masuk ke hati. Tapi akhirnya bisa selesai juga meski lama. Sepertinya saya memang kurang cocok membaca karya-karya Rudyard Kipling karena saya pun tidak bisa menikmati kumpulan cerpennya yang berjudul Just So Stories.
My Rate:
Aku agak2 lupa cerita buku ini, apalagi endingnya. Tapi meski agak berat, lumayan ya buat menambah wawasan tentang India?
ReplyDeleteIya mb, hehe. Ngomong-ngomong, itu covernya mirip sama pemain Home Alone bukan sih.. :D
DeleteJelek ya mbak? Terjemahannya gimana?
ReplyDelete*penasaran sm Rudyard, tapi entah kenapa juga, ga pernah kebeli nih buku, dr covernya udah ga meyakinkan..*
Aku sih kurang cocok sm novel ini (dan kumcer-nya), tp banyak juga yang suka sama kipling. Terjemahannya masih susah dimenegerti buatku, entah karena ngikutin gaya bahasanya Kipling, biar unsur sastranya gak ilang, atau emang terjemahannya yg kurang bagus. Menurutku sih klo mau coba baca, mending pinjem. Daripada udah beli terus nggak suka. XD
DeleteLupa gimana ceritanya, dulu direkomendasiin papa. Dan ini buku pertama rekomendasian papa yang enggak sreg. Terjemahannya berat menurutku, atau memang ceritanya yang sudah berat, (atau emang otak saya yang enggak nyampe kesana, hehe). Aku pikir aku aja yang ngerasain gitu :p
ReplyDeletenovel ini lagi dibaca karena dijadikan tugas (karena anak sastra inggris) dan sejujurnya berat sangat
ReplyDeleteWaaa..semangat yaa. Baca yg inggris atau indonesianya?
Delete