Tuesday, April 01, 2014

O Amuk Kapak by Sutardji Calzoum Bachri


Judul: O Amuk Kapak
Penulis: Sutardji Calzoum Bachri
Desain sampul: Didit Chris & rekan
Tata letak: Edhi S. W.
Penerbit: Sinar Harapan
Jumlah halaman: 133
Tahun terbit: 1981

Entah sudah berapa lama kumpulan sajak ini teronggok di rak buku ayah saya, hehe. Pertama kali melihat buku ini, saya sudah sempat membuka-buka isinya, meskipun tidak dibaca seluruhnya. Barulah karena agenda posting bareng BBI ini saya membaca dari awal hingga akhir.

O Amuk Kapak adalah kumpulan sajak yang ditulis oleh Bung Tardji sejak tahun 1966 sampai 1979. Jangan harap menemukan kata-kata manis nan puitis di dalamnya. Sajak-sajak Bung Tardji berusaha melepaskan kata dari makna-maknanya. Apa saya tau maksud dari kalimatnya? Tidak. Saya tidak paham sepenuhnya maksudnya "melepaskan kata dari maknanya" itu seperti apa.



(sumber)
Ketika membaca sebagain besar puisinya, pembaca kemungkinan besar akan berimajinasi melihat sosok penulis yang sedang mendeklamasikan karyanya di panggung. Dengan mimik dan suara yang pasti bisa menyatu dengan tulisannya. Inilah yang saya lakukan saat membaca satu demi satu puisi karya Bung Tardji. Tak perlu paham apa maknanya, nikmati saja puisinya. Nikmati imajinasi ketika sang penulis puisi (yang pasti paling tahu makna puisinya dan bagaimana pendeklamasiannya yang paling tepat) sedang mendeklamasikan puisinya. Nikmati bayangan mimiknya, teriakan suaranya, naik turun volumenya. 

Ketika membaca karya yang berjudul "Mantera", saya seperti sedang membaca mantera sungguhan. Bagi saya, karyanya yang satu ini malah mengingatkan pada resep-resep makanan keluarga Bliss.

MANTERA
lima percik mawar
tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
dicabik puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa
tiga menyan luka
mengasapi duka

puah!
kau jadi Kau!
Kasihku

(sumber)
Pada Bab O dan Amuk, terlihat banyak sajak Bung Tardji yang menonjolkan tentang pencarian ketuhanan. Namun, pada Bab Kapak Bang Tardji lebih memilih untuk mengambil topik "maut". Tiap sajak penulisannya bisa berbeda-beda, ada yang rata kanan-kiri, ada yang selang seling, ada yang berundak-undak seperti tangga, dan banyak juga yang bentuknya absurd. Inilah mengapa sajak beliau bisa dikategorikan sebagai puisi kontemporer.

       POT
pot apa pot   itu pot kaukah pot aku
 pot pot pot
yang jawab   pot pot pot   pot kaukah pot itu
yang jawab   pot pot pot   pot kaukah pot aku
 pot pot pot
     potapa potitu potkaukah potaku?
               POT

1970

Saya berhipotesis Bung Tardji tidak sembarangan mengarang bentuk-bentuk ini, meskipun saya juga tidak tahu pasti, apa maknanya. Belakangan saya mencoba mencari tahu makna-makna puisi tersebut,

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa puisi “Ah”, “Amuk”, dan “Kucing” membicarakan hakikat Tuhan, sedangkan puisi “Batu, “Mari”, dan “Q” membicarakan hakikat kehidupan di dunia ini. Puisi yang berjudul “Pot” membicarakan jasmani, yang merupakan bagian penting hidup manusia, sedangkan puisi “Tragedi Winka & Sihka” membicarakan salah satu sisi kehidupan. Puisi yang berjudul “Hemat” dan “Perjalanan Kubur” melukiskan hakikat kelahiran yang diikuti dengan kematian, sedangkan puisi “Walau” dilukiskan bagaimanapun usaha manusia untuk mengetahui hakikat Tuhan, semuanya berakhir dengan kesia-siaan. (sumber)

Selain kumpulan sajak, dalam buku ini juga disajikan Kredo Puisi. Kredo Puisi Bung Tardji yang ditulis pada tahun 1973 cukup menggemparkan dunia persajakan masa itu. Dalam kredo ini beliau menuturkan bahwa sudah menjadi prinsipnyalah untuk membebaskan kata-kata dari belenggu maknanya, seperti yang sudah saya singgung di atas. Sebelum memulai bab Kapak, disematkan sebuah pengantar yang diberi judul "Pengantar Kapak". Pengantar ini sedikit banyak memberi gambaran apa makna-makna puisi yang disajikan dalam bab selanjutnya. Pembaca juga dapat menemukan banyak foto pendeklamasian puisi oleh Bung Tardji di sela-sela sajian sajak-sajaknya.


My Rate:



(Posbar 2014 Kategori Puisi)

4 comments:

  1. Ah yang Pot itu, sungguh menarik walau saya nggak tahu di bagian mananya. Dasar penyair ya, suka berteka-teki dalam lapisan makna

    ReplyDelete
  2. hahaha iya yang pot itu beneran absurd ya...penasaran artinya sebenernya apa sih :D

    ReplyDelete
  3. @mas dion & mb astrid: wkwkwk, meskipun udah ada penjelasannya sajak pot itu cerita ttg apa, tp masih mbingungin juga ya maknanya, kenapa bisa diartikan kayak gitu juga.. :s

    ReplyDelete
  4. aq btuh bku seperti d atas,,,,
    aq cri dmn2 ga ktemu,,
    help me....
    lg butuh bwt penelitian TA sya

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...