Wednesday, March 12, 2014

Sarjana Misterius by Enid Blyton


Judul: Sarjana Misterius (Lima Sekawan #11)
Penulis: Enid Blython
Alih bahasa: Agus Setiadi
Desain & ilustrasi cover: Martina Dima
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 256
Cetakan ke-17: Januari 2012
*Beli di obralan Gramedia Matraman*


Nama Enid Blython adalah nama yang melegenda di dunia perbukuan anak. Para pecinta buku-buku anak, terutama serial petualangan pasti mengenal penulis ini dengan segudang karyanya. Serial Lima Sekawan sendiri adalah salah satu serial populernya yang terdiri dari 21 buku. Buku ke-11 ini adalah awal perkenalan saya dengan Blython.

Kisah bermula dari Georgina (George) yang ditinggal ketiga sepupunya berlibur ke Puri Faynights karena ia sedang sakit dan orang tuanya tidak mengizinkannya untuk ikut berlibur. Namun, begitu kondisi George membaik, ibu George segera memperbolehkan anak itu dan anjingnya, Timmy menyusul ketiga sepupunya. Mendengar berita baik ini, George segera mengirim kartu pos kepada sepupu-sepupunya di Puri Faynights.

Di bukit seberang ada reruntuhan sebuah puri tua. Puri itu mempunyai empat menara. Tiga di antaranya sudah sangat rusak keadaannya. Tapi yang keempat tampaknya masih utuh. Jendela-jendelanya berupa celah sempit di tembok. (hal. 20)

Sampailah George di Puri Faynights keesokan harinya. Hal pertama yang dilakukan George, Timmy, Julian, Dick, dan Anne adalah MAKAN ES KRIM!! *ngiler* Setelah makan es krim, mereka kembali ke karavan. Di sana mereka memperbincangkan mengenai dua sarjana yang hilang secara misterius, mereka adalah Terry-Kane dan Jeffrey Pottersham. Mereka berdua diduga kabur dan menjual rahasia negara kepada negara lain.
 
Hari itu, lima sekawan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan. Sepulangnya dari jalan-jalan mereka melihat karavan orang-orang pasar malam tidak jauh dari karavan milik mereka. Karena menyukai pasar malam, lantas mereka mendekati salah satu karavan, tetapi bukan sambutan hangat dan ramah yang dijumpai lima sekawan, melainkan kata-kata pengusiran yang galak. Begitu pula dengan orang-orang pasar malam lainnya, tidak ada yang ramah pada anak-anak itu. Artis-artis pasar malam itu bernama Bufflo (Pemain Cemeti), Pak Karet (Manusia Karet), Alfredo (Penelan Api), Slither (Pawang Ular), dan Si Ahli Tali. Ketidakramahan mereka berlanjut pada pemindahan karavan lima sekawan secara diam-diam ke lapangan dekat puri.

Keesokan harinya, datang seorang petani dengan wajah marah mengusir mereka dari lapangan. Namun, apa daya, lima sekawan tak punya kuda untuk memindahkan karavan. Diputuskanlah untuk meminjam kuda kepada orang-orang pasar malam. Mereka yang seharusnya bertanggung jawab bukan?! Bukannya pertolongan yang didapat, malah "atraksi cemeti" yang disuguhkan Bufflo. Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil nama Dick, dia adalah Jo, kenalan mereka yang dulunya adalah seorang gelandangan. Ternyata Jo adalah keponakan dari Pak Alfredo. Setelah mengetahui bahwa lima sekawan adalah teman Jo, sikap orang-orang pasar malam berubah drastis menjadi sangat ramah.

Kedatangan Jo rupanya menjadi pertanda bahwa akan ada petualangan yang mereka alami. Saat sedang iseng meneropong salah satu menara Puri Faynights, terlihat sesosok laki-laki memandang langit. Padahal jalan ke menara ditutup oleh pengelola, sehingga tidak ada yang bisa naik ke sana. Siapakah lelaki itu? Dan bagaimana dia bisa berada di sana?

Sudah lebih dari satu tahun, buku anak ini menghuni rak buku saya. Namun, baru sekarang saya bisa membaca dan mereviewnya. ^__^v

Dari kesemua kover serial lima sekawan yang pernah diterbitkan GPU, saya paling suka kover edisi ini karena warnanya yang lebih cerah dan ilustrasinya yang cihuy, sehingga tidak terlihat bahwa ini adalah buku klasik. Namun, keklasikan buku ini dari segi ilustrasinya masih bisa dijumpai pada gambar-gambar yang menyertai cerita petualangan lima sekawan. Jadi deh, saya menebak kalau serial ini cuma diganti kovernya aja. Ilustrasi bagian dalamnya masih menggunakan ilustrasi awalnya. :)) Dan saya menjumpai adanya perbedaan ilustrasi Jo di bagian dalam buku dan di bagian kover. Perbedaannya ada pada rambut Jo yang lebih pendek pada gambar di dalam buku.

Pembaca akan disuguhi konflik dimulai dari kisah datangnya para artis pasar malam. Setelahnya muncul solusi dengan kedatangan Jo. Konflik dinaikkan lagi ketika mereka melihat sesosok laki-laki di menara dan keenamnya (bersama Jo) berencana untuk mencari tahu apa yang mereka lihat. Saya cukup menikmati petualangan lima sekawan bersama Jo di buku ini, meskipun konflik yang saya tunggu-tunggu baru muncul hampir di tengah-tengah buku.

Bahasa terjemahan yang digunakan cukup unik, entah agar dapat mempertahankan kekhasan gaya penulisan Blython atau karena hal lain, contohnya dalam kalimat ini:

"... Sekarang mereka akan melancong selama dua minggu--dan lagi-lagi aku tidak ikut!"

atau ini

"Yuk kita songsong saja Anne dan George sekarang"

Unik bukan?! XD

Huruf yang cukup besar dan jelas ditambah dengan ilustrasi kejadian di dalamnya membantu kerangka imajinasi pembaca, terutama anak-anak sebagai targetnya (meskipun karya Blython tidak hanya digemari anak-anak). Saya jadi tidak sabar untuk menikmati petualangan lima sekawan yang lainnya. *kapan ke obralan?*


My Rate:




2 comments:

  1. aahhh.. gua belum dapat edisi yang ini :)) memang menyenangkan ya membaca lima sekawan :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...